Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Impor dilakukan untuk mengantisipasi efek pandemi.
Stok beras yang tersimpan di gudang Bulog saat ini kurang dari 1 juta ton.
Stok akan terserap untuk dua program bantuan sosial.
JAKARTA – Pemerintah berencana mengimpor beras sekitar 1 juta ton pada awal tahun ini. Impor dilakukan untuk menjaga stok beras nasional. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengatakan rencana impor dilakukan untuk mengantisipasi krisis pangan akibat situasi pandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memang pernah mengingatkan sejumlah negara untuk mengantisipasi krisis pangan akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, Musdhalifah mengatakan, pemerintah harus menjaga pasokan cadangan beras yang tersimpan di Perusahaan Umum Bulog pada kisaran 1-1,5 juta ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini dilaksanakan untuk mengantisipasi efek pandemi dan menjaga stok sampai akhir tahun di angka 1-1,5 juta ton," kata Musdhalifah kepada Tempo, kemarin. Ia berujar, stok beras saat ini kurang dari 1 juta ton. Stok itu pun akan terserap untuk dua program bantuan sosial.
Untuk menyalurkan beras tersebut, pemerintah telah menyiapkan sejumlah kanal. Di antaranya program ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga (KPSH) yang berlangsung sepanjang tahun serta penyaluran beras bantuan sosial.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan cadangan beras saat ini sebanyak 900 ribu ton. Angka tersebut memang masih di bawah target pemerintah sebesar 1-1,5 juta ton. Meski begitu, dari perspektif perusahaan, ketersediaan beras saat ini sudah mencukupi. Terlebih saat ini sudah mulai masuk masa panen raya. Adapun puncak panen raya jatuh pada April-Mei 2021.
"Teman-teman di lapangan sudah mulai melakukan penyerapan, baik dalam bentuk gabah maupun beras. Sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing," ujar Iqbal.
Petani memanen padi di Sumedang, Jawa Barat, 13 Desember 2021. TEMPO/Prima Mulia.
Dari sisi penyaluran, Iqbal mengungkapkan, tidak ada rencana mengeluarkan stok beras dalam jumlah besar. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, Bulog ikut berpartisipasi dalam penyaluran bantuan sosial. Itu sebabnya, bila untuk kebutuhan cadangan pangan saja, ketersediaan pasokan beras Bulog tidak perlu dikhawatirkan.
"Kalau melihat estimasi itu, menurut saya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan stok kami," ujar Iqbal. Hingga Maret-April, estimasi pasokan beras Bulog mencapai 1 juta ton bila rata-rata pengadaan saat ini mencapai 1.200-1.500 ton per hari.
Iqbal melanjutkan, saat ini prioritas penyerapan atau pengadaan beras berasal dari produksi dalam negeri. Meski sudah mendapat izin impor, kata Iqbal, realisasi impor Bulog sangat memperhitungkan capaian yang dilakukan pada masa panen. Perusahaan tidak ingin realisasi impor berbarengan dengan masa panen.
Adapun target pengadaan beras Bulog sekitar 1-1,4 juta ton per tahun. Kalau mengacu pada data historis, penyerapan hingga Juni saja bisa mencapai 70 persen dari target. Sisanya akan dipenuhi dari periode panen lain di sejumlah daerah. "Prinsipnya, kami siap melaksanakan impor, namun tetap akan mempertimbangkan pengadaan dari dalam negeri," ujar Iqbal.
Stok beras milik Perum Bulog di gudang penyimpanan beras di Kelapa Gading, Jakarta, 30 November 2020. Tempo/Tony Hartawan.
Rencana impor beras pertama kali disampaikan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan pada pekan lalu. Ia mengatakan rencana impor dilakukan untuk menjaga ketersediaan beras di dalam negeri sekaligus agar harganya tetap terkendali.
"Salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1-1,5 juta ton," ujar dia.
Airlangga menuturkan penyediaan beras itu diperlukan setelah adanya bantuan sosial beras pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), antisipasi banjir, dan pandemi Covid-19. Adapun upaya penyediaannya antara lain melalui impor 500 ribu ton beras untuk cadangan beras pemerintah dan 500 ribu ton sesuai dengan kebutuhan Bulog.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi tidak memberi kepastian soal volume impor dan waktu kedatangan impor beras. Namun dia menyebutkan impor dilakukan untuk mengamankan iron stock, yang keadaannya tidak terikat dengan kondisi panen. Menurut dia, rencana ini sudah sesuai dengan hasil rapat koordinasi terbatas pemerintah.
LARISSA HUDA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo