TEMPO.CO, Kupang - Sebanyak 50 ekor
babi mati massal di tiga kelurahan yakni Naioni, Lasiana dan Kayu Putih, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kelimapuluh babi ternak itu diduga terjangkit Virus Hog Cholera.
“Isu penyakit babi ini, meski tidak bersifat zoonosis atau dari hewan menular ke manusia, perlu dicegah agar warga mengkonsumsi daging secara sehat. Karena itu, saya minta lurah, camat dan Pol PP agar menertibkan semua penjual daging liar yang tanpa pengawasan dokter hewan,” kata Wakil Wali Kota Kupang, Hermanus Man, Selasa, 25 Februari 2020.
Kepala Bidang Veterinari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Kupang, Robert Laisina mengatakan data terakhir tercatat sudah 50 ekor
babi mati mendadak. Angka kematian tertinggi terjadi di tiga wilayah pusat kesehatan hewan yakni kelurahan Naioni, Lasinana dan Kayu Putih.
"Sejak 1-21 Februari 2020, tercatat sebanyak 50 ekor babi mati secara mendadak yag diduga terjangkit virus Hog Cholera atau demam babi," kata Robert.
Selain itu, lanjut dia, matinya babi ini dikarenakan peternak babi tidak pernah dan tidak mau memberikan vaksin kepada babi peliharaannya. Padahal, vaksin diberikan secara gratis. Apalagi Kota Kupang termasuk dalam wilayah endemik virus Hog Cholera.
“Kematian babi secara mendadak dan dalam jumlah banyak di Kota Kupang sementara diduga akibat virus
Hog Cholera, kami masih lakukan penyelidikan lebih dalam,” kata Robert.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Kupang, Hembang mengatakan, penyakit babi yang sedang marak, tidak hanya terjadi di Kota Kupang, namun juga di beberapa wilayah di daratan Timor, seperti di Belu dengan kasus dan gejala yang sama.
Dugaan sementara, lanjut dia, karena adanya virus Hog Cholera atau Demam Babi Afrika (ASF) yang memiliki gejala yang sama. Namun, penyebab pastinya belum dapat disimpulkan, karena masih dalam proses kajian dan pemeriksaan laboratorium.
“Pemeriksaan lab sementara berjalan untuk menentukan penyakit atau virus apa yang menyerang babi. Apakah Hog cholera atau ASF?, karena penyakit ini gejalanya hampir sama, namun dilihat dari kecenderungan kematian yang mendadak dan meningkat ada kemungkinan terjangkit virus Hog Cholera,” kata Hembang.
Adapun kemiripan gejala penyakit pada babi antara ASF dan Hog cholera yakni babi tidak mau makan, lemah, muncul bintik merah di seluruh tubuh. Namun, dia memastikan virus tersebut tidak menular ke manusia atau bersifat zoonosis meski dengan tingkat kesakitan atau kematian mencapai seratus persen pada hewan.
"Kami himbau warga sebaiknya untuk sementara tidak mengkonsumsi
daging babi khususnya organ bagian dalam," pintanya.
Yohanes Seo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini