Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Komunikasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Emilia Bassar menyampaikan tengah mengembangkan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Hal ini sebagai salah satu langkah konkrit yang telah dilakukan perusahaan dalam lima tahun terakhir sebagai upaya implementasi pembangunan hijau (green building).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dalam fase lima tahun ini, pengembangan kawasan industri IMIP mulai mengarah ke industri pendukung ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV),” tutur perempuan yang akrab disapa Emil itu dalam pemaparannya di agenda Climate Communication Forum ke-9 pada Sabtu, 9 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di dalam agenda daring yang difasilitasi oleh Center for Public Relations, Outreach, and Communication (CPROCOM) tersebut, Emil mengatakan bahwa penggunaan kendaraan listrik di area industri IMIP sebagai bagian dari upaya untuk mendukung program pemerintah. Dalam lanskap yang lebih luas, upaya ini sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap masalah lingkungan, termasuk kepada masyarakat yang tinggal, baik di dalam maupun di luar, kawasan industri IMIP.
Lebih lanjut, ia menerangkan, IMIP mulai melakukan pembangunan pabrik-pabrik pendukung dari kluster kendaraan listrik. Langkah ini diambil sebagai bagian dalam membangun ekosistem kluster tersebut. “Mulai dari litium, pengolahan bahan baku baterai, sampai kepada recycle atau daur ulang baterai,” ujarnya. “Harapannya, tentu saja ekosistem industri seperti ini dapat membuat Indonesia maju lebih cepat.”
Disadur dari Antara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah bermitra dan menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan pertambangan dan metalurgi asal Prancis, Eramet, untuk memperkuat ekosistem EV di Indonesia. Eramet, yang berniat menjadi pemain penting dalam industri kendaraan listrik juga membentuk konsorsium dengan mitra Indonesia dan global untuk pengembangan baterai EV di Indonesia yang berbahan baku nikel.
CEO Eramet Indonesia Jerome Baudelet memproyeksikan dalam 10 tahun ke depan Indonesia mampu menguasai hingga 70 persen produksi nikel dunia. Hal ini, menurutnya, luar biasa karena keunggulan sumber daya nikel Indonesia ada pada kuantitasnya yang melimpah dan kualitasnya yang bagus.
Sebagai salah satu produsen nikel utama dunia, Jerome menilai, Indonesia memiliki kemampuan memperluas kapasitas produksi nikel baru dengan cepat, efisien, dan berkelanjutan. Disokong oleh hal ini, pasar nikel global di tahun depan diprediksikan akan mengalami surplus yang lebih besar lagi.