KEGIATAN bisnis Bank Duta Ekonomi (BDE) bertambah lagi. Visa
Internasional, penerbit Visa Card dari Amerika, mulai April,
memberi lisensi lembaga keuangan itu sebaPai Penerbit cardnya di
sini dengan nama Bank Duta (BD)Card Visa. Direktur utama BDE,
Abdulgani, yang pekan lalu bikin pesta di Hotel Borobudur,
Jakarta, untuk penunjukan itu, cukup bangga dengan beberapa
kelebihan duit plastik terbitannya.
Kata Abdulgani, pemegang BD Card Visa bisa menarik uang tunai dl
seluruh cabang BDE tanpa harus menguangkan cek bila perlu. Jika
penerbit kartu lain memberlakukan tagihan dengan dolar AS, maka
pemegang BD Card Visa hanya ditagih dalam bentuk rupiah, yang
bisa pula dicicil pembayarannya. Karena itu, kata Abdulgani,
kerugian karena perbedaan kurs "bisa dihilangkan."
Credit Card sebagai pengganti uang tunai dalam transaksi bisnis
mulai dikenal golongan menenah ke atas di sini kira-kira 10
tahun yang lalu. Selain bertambah gengsinya, pemegang kartu ini
tak perlu repot mengeluarkan uang tunai jika berbelanja di
tempat usaha yang menerima pembayaran dengan cara itu. Karena
sifat pembelanjaan di tempat-tempat tertentu itu cukup mahal
maka tidak semua orang bisa memilikinya. Para calon pemegang
alat ini biasanya dipilih dari mereka yang punya penhasian
minimal Rp 10 juta setahun.BCA Card, yang dikeluarkan Bank
Central Asia, mensyaratkan Rp 1,5 juta sebulan.
Untuk menjaga agar likuiditas pemegang kartu itu tetap terjaga,
mereka Juga diharuskan punya rekening aktif dalam jumlah
tertentu di salah satu bank. Penerbit BCA Card, misalnya,
mensyaratkan pemilik kartu punya simpanan aktif minimal tujuh
anka, atau dengan kata lain di atas Rp 10 juta. Hal sama juga
disyaratkan BDE. Karena kemampuan keuangan setiap kartu tidak
sama, penerbit biasanya berusaha menggolongkan mereka dalam
beberapa tinkatan.
Jadi, bisa saja seseorang, diperbolehkan melakukan pembelanjaan
hingga Rp 1 juta. Tapi kalau ingin belanja melebihi batas itu,
"harus minta otorisasi penerbit," ujar Isworo, asisten manajer
BCA Card.
Karena terbentur sejumlah syarat berat semacam itulah agaknya
perluasan pemakaian duit plastik tadi berjalan seret. Kendati
BCA Card sudah diperkenalkan sejak 10 tahun lalu, pemegangnya
hingga kini baru 7.000 orang, dan yang aktif cuma 60%. Pemegang
Diners Club malah cuma 3.500 orang sekalipun kartu itu sudah
beredar sepuluh tahun di sini. Karena itu, Arie L. Tungka,
manajer pemasaran Diners Club International, hanya berharap ada
kenaikan 15%-20% setiap tahun untuk penambahan pemegang DCC.
Pelbagai fasilitas dan emudahan sering pula ditawarkan penerbit
untuk menarik calon pemegang. Konsumen tentu akan lebih tertarik
pada kartu yang lebih banyak menawarkan tempat pembelanjaan, dan
kemudahan dalam pemakaiannya. BCA Card, misalnya, selain bisa
dipakai di sejumlah restoran, hotel, toko, dan biro perjalanan,
bisa pula digunakan di sejumlah super market dan rumah sakit.
Sudah tentu pula kemudahan mendapatkan uang tunai US$ 1.000 bagi
pemegang Diners Club merupakan daya tarik tersendiri.
Perusahaan penerbit kartu itu biasanya memetik keuntungan,
terutama, dari uang iuran tahunan, uang pendaftaran, dan
potongan harga yang diberikan tempat belanja ketika menagih
pembayaran. Lembaga keuangan, misalnya BDE dan BCA, bisa secara
langsung memperoleh dana murah yang berasal dari rekening aktif
para pemegang kartu tadi. Maklum, jika dibandingkan dengan
deposito, biaya rente untu rekening itu tidaklah terlalu besar.
Bank penerbit card tentu akan senang jika semakin banyak dana
pemegang plastik itu mengendap di kocek-kocek mereka hari-hari
ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini