Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Glangsing, rileks dan ringan

Orang bisa rileks & ringan terhadap kematian orang lain. distribusi kematian akhir-akhir ini kian meningkat. di tengger pencari kayu tak berani masuk jauh ke dalam hutan. pemilik toko order glansing di kota.

12 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI panggung, kalau Tarzan Srimulat menembak Gepeng, yang terakhir ini tak segera ambruk. "Lho! Kamu mati dong!" tegur Tarzan. "Mati ya mati, tapi sabar deh ...." Ia mencopot baju penatuannya, membersihkan lantai, baru berbaring pelan-pelan. Mati bisa dikomedikan. Ciptakan berapa pun tokoh untuk dibunuh: rileks dan ringan. Alkisah, seorang kiai ingin memberantas takhayul. Sudah lama di kampung sebelah orang mengeramatkan pohon keningar itu: jangan ganggu ia, apalagi berani-berani menebangnya, nanti sang mbahureksa marah dan kamu mampus! Tapi sang kiai mengutus seorang santri yang sudah cukup 'ngelmu' untuk menumbangkannya. "Insyaallah beres!" - dan santri pun maju dengan agak emetar. Disaksikan banyak orang yapg takut dan setengah mengutuk, pohon pun KO. Dan Mas Santri terjerembab. Lenyap nyawanya. Orang ribut, santri-santri lain lapor ke Kiai. Yang dilapori hanya manggut-manggut. Ia bertandang, memandangi jenazah, dan berkata, "Ia mati cuma sejenak, setimpal dengan sisa ketidak yakinannya akan kuasa Allah." Kemudian komat-kamit mulutnya membaca ayat Kitab Suci. Ia merogoh kantungnya, mengambil nyawa Mas Santri - yang dititipkan malaikat kepadanya kemudian mengembalikannya kepada yan berhak. Dan Mas Santri menggeliat, bangkit perlahan-lahan. Ini komedi yang agak lebih serius. Yang pasti, orang bisa rileks dan ringan hanya terhadap kematian orang lain tidak kematiannya sendiri. Dalam kasus lain lagi, orang membunuh orang lain barangkali karena kematian besar manfaatnya bagi kehidupan. Bayangkan, kalau sejak Adam orang tak mati. Maka distribusi kematian layak kita syukuri. Tapi, sesungguhnya, kapankah kita sah menjadi agen distributor kematian? Abad ke-20 bersikap sopan kepada Tuhan dengan pembatasan kelahiran, sehingga tak perlu kita selenggarakan pembunuhan besar-besaran. Tetapi saham kita dalam distribusi kematian, akhir-akhir ini, meningkat pesat. Apa legalitas kita sesunguhnya? Rakyat sendiri menjadi rileks dan ringan. Kematian menjadi makin populer. Ia toh diperlukan demi kehidupan bersama. Orang toh harus mati - meskipun kalau bisa jangan kita, keluarga, atau sahabat kita. Pun, alhamdulillah, sekarang ada kemajuan: sahabat-sahabat kita yang tahu persis akan mati, juga bisa rileks. Malam itu, ia berkata "Pak, saya dibunuh di sini saja - supaya istri saya tak terlalu repot ngurus dan cari biaya." Itu usaha ekonomis terakhir dalam hidupnya. Di desa saya, juga kebanyakan desa lain, tiap malam orang berjaga-jaga sambil ngobrol atau main gaple: jangan sampai ketiban sampur. Artinya: mayat itu jangan dibuang di desa kami nanti repot, butuh biaya. Lantas ada kompromi: glangsing yang libuang itu, dikasih uang saku di kantungnya. Tapi honorarium itu bisa hilang juga, sebab setiap orang rileks dan ringan. Penduduk di pucuk Tenger takut setengah modar pada situasi yang mereka tak paham alif bengkong-nya ini: cari kayu jangan jauh-jauh masuk hutan, nanti ketemu malaikat kontemporer. Sementara pemilik toko di kota malah bisa order glangsing - dengan rileks dan ringan. Doa kita tak lain hanyalah, semoga para calon glansing bisa seperti Gepeng di panggung: mempersiapkan matinya baik-baik dengan rileks dan ringan. Kiai-kiai di daerah saya berpolemik soal Jumatan itu pengganti lohor atau bukan. Yang satu bilang sehabis Jumatan tetap wajib salat lohor, lainnya setengah main-main bilang, "Ini arek kok macem-macem. Minta diglangsing apa gimana!" dengan rileks dan ringan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus