Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ekonom LPEM FEB UI Pesimistis Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Terwujud

Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2 persen pada 2025. Ekonom LPEM FEB UI berpendapat sebaliknya.

27 Januari 2025 | 21.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Prabowo Subianto mempersoalkan skor incremental capital output ratio atau ICOR Indonesia yang terbilang tinggi dibanding negara lain. Tingginya ICOR Indonesia membuat pertumbuhan ekonomi stagnan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal mencapai 5,2 persen pada 2025. Penghitungan tersebut diungkap Sri saat konferensi pers hasil pertemuan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di kantor Pusat Kementerian Keuangan pada Jumat, pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bendahara negara mengatakan secara keseluruhan tahun 2024, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5 persen secara tahunan atau year on year (yoy). “Untuk tahun 2025 sesuai dengan pembahasan dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) di APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara) pertumbuhan diperkirakan di 5,2 persen,” ujarnya.

Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi global pada 2025 akan tetap stagnan yaitu pada level 3,3 persen. Menurut Sri, dengan prediksi tersebut dan berbagai tantangan global, ekonomi Indonesia masih mampu menunjukkan resiliensi atau ketahanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky memaparkan target pemerintah tersebut cukup menantang. “Untuk pertumbuhan 5,2 persen di 2025 masih sulit,” ujarnya kepada Tempo.

LPEM FEB UI memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2025 hanya akan berada di antara 5,0 persen hingga 5,1 persen. Riefky menilai penyebab pertumbuhan melandai adalah mesin pertumbuhan ekonomi yang relatif terbatas. “Di beberapa tahun belakangan kan hampir enggak pernah sampai 5,2 persen,” ucapnya.

Indikator lain menurut dia adalah inflasi yang rendah. Badan Pusat Statistik sebelumnya memaparkan inflasi sepanjang tahun 2024 sebesar 1,57 persen. Catatan ini menjadi yang terendah selama beberapa tahun belakangan.

Riefky mengatakan rendahnya angka inflasi menjadi indikator konsumsi yang juga melambat. “Salah satu yang menandakan pertumbuhan ekonomi kita enggak bisa tinggi karena daya belinya juga rendah, sehingga inflasinya rendah,” kata dia.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal juga menyoroti rendahnya inflasi. Menurut dia rendahnya inflasi dipengaruhi lebih banyak dipengaruhi oleh pelemahan permintaan (demand) domestik 2024. Pada 2025 Core merekomendasikan pemerintah memperhatikan demand untuk memperkuat sisi daya beli. “Dengan permintaan yang lebih kuat, daya beli yang lebih baik, ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menggerakkan sektor produksi dan usaha.”



Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus