Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad Wibowo, mengatakan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen dibutuhkan tambahan belanja negara di APBN 2025 sebesar Rp 300 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Drajad menambahkan di tahun depan, belanja negara yang dianggarkan Kementerian Keuangan sebesar Rp 3.621,3 triliun. "Itu tidak cukup. Yang kita butuhkan itu minimal Rp 3.900 triliun,” ujarnya di di Le Meridien Hotel Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen saat dia menjabat. Dengan demikian, Drajad mengatakan, tahun depan butuh tumbuh minimal 5,8 atau 5,9 persen untuk menjadi lompatan.
Tahun ini, pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,2 persen. Hal itu dicapai dengan total belanja negara Rp 3.325 triliun. Sebelumnya, berdasarkan perhitungan Drajad, pada 2025 diperlukan belanja negara Rp 3.905 triliun untuk mengejar pertumbuhan 5,89 persen. Lalu pada 2026, butuh Rp 4.319 triliun untuk mencapai pertumbuhan 6,45 persen. Hingga 2029, dibutuhkan sekitar Rp 6 kuadriliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8,85 persen.
Selama satu dekade, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5 persen. Target Presiden Jokowi saat masa kampanye Pilpres pada 2014 silam pun tak pernah tercapai, yakni membuat ekonomi Indonesia tumbuh 7 persen.
Pada 2015 atau tahun pertama Jokowi efektif menjalankan roda pemerintahan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,8 persen. Secara tahunan, pertumbuhan bahkan melambat dibandingkan 2014, yakni 5,02 persen.
Di 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu kembali ke level 5,03 persen. Lalu pada 2017 sebesar 5,07 persen. Tahun berikutnya naik ke level 5,17 persen. Namun pada 2019, kembali ke level 5,02 persen. Dan pada 2020 atau saat pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia terkontraksi hingga minus 2,07 persen.