Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Eks Golkar, Menang Sayembara

Emil sanosa, bekas ketua umum golkar dpd lumajang merebut 5 hadiah dari 13 yang disediakan dalam lomba penulisan naskah sandiwara tv surabaya. kini ia diserahi menggarap "gadis kami tercinta".

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISTRI Emil Sanosa tersedu, ketika suaminya naik panggung untuk menerima hadiah tiga tv berwarna dan dua mesin tulis. Emil sendiri, santri tamatan Pondok Tebuireng, Jombang, heran. "Semula saya ragu. Habis, semua karya saya itu mengandung kritik sosial," tuturnya kepada TEMPO. Salah satunya, berjudul Desas-desus, menceritakan pemilihan lurah di desa yang penuh intrik. Dewan juri yang diketuai Gatot Kusuma, memang diberi kebebasan penuh oleh TVRI Surabaya. Dan juri yang dipilih TVRI Surabaya memang bukan main-main. Ada Umar Kayam, eseis dan penulis cerita pendek yang terkenal itu. Ada Mohammad Diponegoro, pendiri Teater Muslim. Ada Bakdi Sumanto, yang dikenal sebagai penyair. Dan Halim Nasir, Kepala Bagian Siaran TVRI Surabaya sendiri. Orang yang merebut lima hadiah dari 13 hadiah yang disediakan ini, sebetulnya mengirimkan enam naskah. Orang Ketiga, Gadis Kami Tercinta, Desas-desus, Di Suatu Masa Di Sebuah Desa, Buih dan Gelembung, dan -- yang tak mendapat nomor --Ketika Liburan Tiba. Semuanya dikerjakannya dalam waktu 20 hari, rata-rata setebal 40 halaman folio. Emil, 42 tahun, memang bukan orang baru. Pernah berada dalam satu grup dengan Mohammad Diponegoro, tahun 60-an ia menulis drama Fajar Shadiq. (Pertengahan Agustus lalu naskah ini dipentaskan TVRI Jakarta). Ketika Orde Baru lahir, Emil sibuk dengan Golkar. Bahkan akhir-akhir ini ia menjabat Ketua Umum Golkar DPD Lumajang, juga menjabat Wakil Ketua DPRD kota itu. Tapi, setelah sering cekcok pendapat dengan rekan-rekannya, Februari lalu ia mengundurkan diri dari kedua jabatan itu. Kini ia orang bebas. "Sebetulnya banyak sudah yang mau saya bicarakan, tapi tak tahu harus lewat cara apa. Kebetulan, ada sayembara ini," ceritanya. Gatot, ketua juri, menilai naskah Emil, "seperti umumnya film kita, kurang adanya potensi visual." Emil sendiri mengaku, "Saya baru berkenalan dengan tv ya, ketika menyerahkan naskah itu." Kini ia diserahi oleh pihak TVRI Surabaya untuk menggarap naskahnya yang memenangkan hadiah II, Gadis Kami Tercinta, untuk siaran TVRI Surabaya Oktober nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus