Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan sejumlah program pemerintahan Prabowo Subianto dapat mengerek performa beberapa sektor emiten di pasar modal pada 2025. Kepada Divisi Riset BEI Verdy Ikhwan menyoroti sejumlah program seperti program Makan Bergizi Gratis, 3 Juta Rumah, hingga target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pasti pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri, (keterlibatan) swasta tentu dari 900-an emiten kita,” kata Verdy dalam agenda edukasi wartawan tentang market outlook 2025, Kamis, 19 Desember 2024 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika swasta dilibatkan, kata Verdy, harapannya program-program pemerintahan Prabowo Subianto dapat mengerek kinerja emiten di sejumlah sektor bursa. Terlepas dari terealiasi atau tidak, program tersebut memiliki potensi yang besar untuk menggerakkan ekonomi.
Selain itu, Verdy juga menyoroti potensi program pemerintah lain di bidang ketahanan pangan dan energi. “Artinya sektor energi juga bisa terlibat banyak di 2025 nanti."
Meski begitu, Verdy berpendapat ada sejumlah tantangan dari sisi global yang diperkirakan bisa memengaruhi pasar modal di Indonesia. Salah satunya, efek terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Menurut dia, terpilihnya Trump memicu masuknya aliran investasi ke AS.
“Selain itu, ada pelemahan ekonomi di Cina, volatilitas harga komoditas, hingga ketengangan geopolitik jadi faktor lain yang jadi perhatian kita di 2025,” kata dia.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga menganggap arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump bakal berdampak pada pelemahan nilai tukar mata uang di dunia. Pasalnya, kata dia, kebijakan Trump yang berorientasi domestik dipercaya memperkuat nilai tukar dolar AS.
“Preferensi investor global berbalik, memindahkan portofolionya kembali ke AS. Akibatnya, tekanan pelemahan nilai tukar mata uang dunia semakin tinggi,” kata Perry dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 20 November 2024.
Perry menambahkan, pemindahan portofolio investor global telah mendorong aliran keluar dana asing dari berbagai negara emerging market atau negara berkembang. Hal itu, kata dia, membuat penguatan respons kebijakan perlu dilakukan oleh negara seperti Indonesia dalam rangka menjaga ketahanan eksternal dari kondisi global tersebut.
Pilihan Editor: 12 Emiten Terjerat PKPU di Penghujung 2024