Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ekspor baru: kutang

Kutang bikinan soreang, jawa barat, memasuki nigeria. cv josephine mengekspor 10 ribu lusin atas pesanan dumby project ltd, perusahaan dagang di lagos. keuntungan baru rp 300 per lusin. (eb)

17 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTENGAHAN bulan lalu, 10 ribu lusin BH seharga Rp 56 juta bikinan Desa Soreang Bandung, memasuki pasar Nigeria: Ekspor pertama kutan oleh CV Josephin itu dilakukan untuh memenuhi pesanar Dumby Project Ltd., sebuah perusahaan dagang di Lagos. Jika segalanya lancar, pertengahan Desember ini 17 ribu lusin kutang serupa juga akan diekspor lagi ke Nigeria dan Zaire. Soal harga "belum ada pembicaraan, tapi kami berharap ada kenaikan," ujar Ayat Hidayat, ketua Seksi Usaha Unit Konpeksi KUD Soreang. Usaha ekspor itu bermula ketika VB Sadarangani, pialang perdagangan umum di Inggris, diantar Asep Priyatna, direktur Josephine, melongok ke Soreang, desa yang berpenduduk 5.000 jiwa. Sadarangani yang tertarik dengan kutang Soreang segera memberikan saran perbaikan mengenai cara menjahit untuk memperbaiki mutu. Sesudah itu pesanan pun dilakukan, kebanyakan ukuran 80 dan 85 serta sebagian besar berwarna hitam. Bahan yang dipakai adalah kain karet, brokat, dan esper yang terbuat dari tulang. Merknya Rikrik (apik), ditambahi embel-embel, High Quality Body Fashion Made in Indonesia. Sebagai eksportir, Josephine membeli kutang itu dengan harga Rp 5.600 (di tempat) per lusin. Karena biaya produksi mencapai Rp 5.300 per lusin, koperasi memperoleh keuntungan Rp 300 saja. Keuntungan sebesar itu "sebenarnya.sangat tipis, tapi pendapatan bisa diimbangi dengan banyaknya pesanan," ujar Mang Ayat. Josephine pada ekspor pertama itu harus menanggung rugi sekitar Rp 15 juta. Maklum. untuk kutans 10 ribu lusin yang dibeli Dumby US$ 82 ribu itu, dia harus pula mengeluarkan ongkos pengepakan (Rp 1 juta), dan pengiriman dengan pesawat dari Jakarta ke Lagos (US$ 39.215). Tapi Asep Priyatna berharap, kerugian itu kelak bisa ditutup jika sertifikat ekspor keluar tahun depan. Selain menghasilkan kutang, Desa Soreang, 40 km sebelah selatan Bandung, setiap hari juga membuat gaun (6.000 potong), celana panjang (3.200 potong), dan pakaian anak-anak (S.000 stel). Usaha konpeksi yang sudah dimulai sejak tahun 1950-an itu kini melibatkan sekitar 3.500 tenaga penjahit (sekitar 30% punya kerja rangkap sebagai petani), dari anak-anak sampai dewasa. Akan halnya jahitan kutang "sebenarnya bukan merupakan bisnis utama. Soalnya, pemasarannya hanya terbatas di Jawa Barat dan ekspor ke Nigeria belum tentu setiap bulan," ujar Ayat. Ketika melayani permintaan dari Nigeria itu, Unit Konpeksi KUD Rikrik Gemi Soreang mengerahkan lebih dari 100 tukang jahit. Karena khawatir terjadi apa-apa, koperasi ini tak pinjam kredit ekspor untuk memenuhi modal kerja. "Kualitas BH bikinan Soreang cukup lumayan," ujar Lili Asdjudirdja, kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus