Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kring..., parapak di sini kring..., parapak di sini

Pt indosat, pengelola jasa telekomunikasi internasional, dalam tahun 1983 ini mengharapkan laba rp 70 milyar. pendapatan terbesar datang dari jasa hubungan telepon internasional. (eb)

17 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JANGAN kaget jika di masa resesi seperti sekarang masih ada perusahaan yang berani berharap bisa meraih laba cukup besar. PT Indosat, yang sejak awal tahun lalu dipercaya mengelola seluruh jasa telekomunikasi internasional, tahun ini membuat ancar-ancar memperoleh laba kotor Rp 70 milyar. Tahun lalu, badan usaha milik negara ini mengantungi keuntungan sebelum pajak Rp 43,9 milyar. Bagian terbesar pendapatan diharapkan masih akan datang dari jasa percakapan telepon internasional. Tahun lalu, pendapatan dari sektor ini mencapal Rp 38,8 milyar, atau 58% dari seluruh pendapatan perusahaan. Dalam lla tahlln terakhir ini. pertumbuhan pendapatan dari percakapan telepon rata-rata 32,3%, jauh lebih tinggi dibandingkan Eropa, yang hanya 10% tahun lalu. Pendeknya, kata Jonathan L. Parapak direktur utama Indosat, laju pertumbuhan perusahaan "cukup menggembirakan untuk menghadapi resesi." Selain dari sektor itu, Indonesian Satellite Corp. juga memperoleh pendapatan dari jasa teleks, te7egram, sirkuit sewa telegraf, sirkuit sewa suara, dan televisi. Akhir tahun lalu, perusahaan ini memperkenalkan jasa tele conference (konperensi jarak jauh) antara Singapura dan Jakarta. Dengan cara ini -tarifnya US$ 20 (hampir Rp 20 ribu) per setengah jam untuk sewa fasilitas dan Rp 1.235 per menit untuk sewa hubungan konperensi atau seminar bisa diselenggarakan di tempat berbeda. Pesero ini juga memberi kesempatan kaum bisnis memiliki peralatannya yang berharga US$ 30 ribu, dan menyewakan salurannya sekaligus dengan biaya US$ 7.500 per bulan. Nilai aktiva tetap Indosat selama tiga tahun ratarata Rp 28 milyar, dan selama itu mampu memberikan keuntungan Rp 69 milyar lebih. Hartanya yang paling mahal adalah sistem kabel lautnya yang, pada akhir 1982, nilai bukunya Rp 17,4 milyar. Sedangkan stasiun bumi antena I dan II, masing-masing bernilai Rp 4,9 milyar dan Rp 2,9 milyar. Dengan rendah hati, Parapak menyebut bahwa keberhasilan Indosat meraih keuntungan besar di masa resesi banyak ditentukan oleh tradisi kerja yang baik para karyawan dan manajemen yang efisien. Pada mulanya, pengelola jasa telekomunikasi internasional itu dipegang perusahaan transnasional ITT (International Telephone Telegraph), PMA dari Amerika. Tiga tahun lalu, Indosat mengambil alih pengelolaannya. Parapak, yang memulai kariernya sejak perusahaan itu dipegang ITT, jelas tidak mengalami kesulitan untuk melanjutkannya. "Saya sudah diwarisi semuanya, tinggal mengatur saja," katanya terus teran. Sekalipun hanya penerus, dia toh bisa membuktikan bahwa tidak selamanya PMA yang dialihkan ke PMDN akan ringsek di tengah jalan. Tapi dia tak ingin jadi jemawa. Maklum, bagi perusahaan yang memonopoli jasa telekomumkasi internasional ini, pelanggan adalah tetap raja. "Seperti Anda lihat, kita tidak lagi mengalami kesulitan berhubungan ke luar negeri dengan telepon. Cukup putar nomor 101," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus