BALAI Sidang Senayan, sepanjang pekan silam, menampilkan berbagai produk elektronik. Polytron buatan PT Hartono Istana Elektronik, yang sudah mulai diekspor ke Eropa, tampaknya ingin menonjolkan diri di pusat pameran itu. Tapi tak pula bisa dibantah, bagaimana merk impor dari Jepang (JVC, Mitsubishi, National, Sony) dan Eropa (Philips, Graetz, dan Grundig) masih berkibar-kibar di pasar negeri ini. Aneka antena parabola, televisi berwarna, sound system, sampai alat-alat masak microwave, bertarung di pajangan, menawarkan kehebatan mutu. Pameran itu benar-benar mengesankan teknologi canggih. Tapi harganya rata-rata masih jauh dari jangkauan masyarakat. Dirjen Industri Mesin dan Logam Dasar Soeparno Prawiroadiredjo, terus terang mengakui bahwa industri elektronik Indonesia masih ketinggalan jauh dari Muangthai. Sementara itu, karena merk elektronik terlalu banyak, pasar mereka sangat tipis. Konsekuensinya: mereka harus menjual dengan harga cukup mahal. Maka, penyelundupan pun menjadi-jadi. Salah siapa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini