SUDWIKATMONO, yang berduet dengan Benny Putra dalam PT Subentra, pekan silam kembali meresmikan dua bioskop kembar dempet: Metropole 21, di bekas gedung Megaria, Menteng, dan Empire 21. di Widjojo Centre, Senayan. Keduanya di pusat-pusat keramaian di Jakarta. Sebelum itu, Subentra juga sudah menghadirkan Studio 21, Astor 21, Amigo 21, Pamulang 21, Kartika Chandra 21, Odeon 21, dan Golden 21. Angka 21 (twenty one) ini tampaknya sudah menjadi semacam trade mark buat Sudwikatmono. Kini, bioskop Star di Taman Ismail Marzuki (Cikini), Jakarta, sudah masuk dalam rencana peremajaan jaringan 21. Sementara itu, cineplex kelompok 21 juga sudah dibangun PT Subentra di daerah. Sebut saja Pontianak (dengan 7 layar), Bandung (6 layar), Semarang (4 layar). Selain itu, PT Subentra juga akan membuka cineplex di Medan, Ujungpandang, Manado. Investasinya untuk 9 cineplex di Jakarta menghabiskan Rp 8 milyar. Di Semarang Rp 1,6 milyar, di Bandung Rp 1 milyar. Ekspansi 21 itu ternyata tidak tanpa kritik. Tokoh perfilman Asrul Sani, yang dikutip majalah Film, mengatakan bahwa ekspansi twenty one mengarah ke monopoli yang harus dicegah. "Orang tak tahu bahwa kami tidak membeli bioskop-bioskop itu. Tanahnya saja kan mahal. Kami menawarkan kerja sama dengan pemilik lama, kalau tak mau, tak apa " kata Sudwikatmono, yang juga Ketua Asosiasi Film Mandarin. Dan kini ia menjanjikan akan menayangkan film-film nasional. Matur nuwun, Pak, usahakan diputar sedikitnya tiga hari Jumat-Sabtu-Minggu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini