RIBUAN rakyat golongan ekonomi lemah mendatangi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Rabu 25 Maret lalu. Mereka bukan melancarkan demo, tapi menyambut pengusaha Probosutedjo, yang hari itu berkunjung ke UMSU. Di kalangan wiraswastawan kelas gurem, gema nama Probosutedjo bisa berarti modal usaha. Kedatangannya memang untuk membagikan modal kepada usahawan lemah. Nilai totalnya Rp 100 juta, berarti setiap orang memperoleh Rp 100 ribu. Modal itu tidak gratis, tapi merupakan pinjaman tanpa bunga. Para pemakai dana -- antara lain penjual sate, penjual rokok, penjahit, dan penjual makanan -- wajib membayar kembali. Selama enam bulan, setiap hari mereka diwajibkan menyetor Rp 1.000 kepada koordinator penyaluran dana, yakni UMSU. Selanjutnya, dana itu disimpan di Bank Jakarta (milik Probosutedjo), Medan. Setelah enam bulan, dana setiap peminjam akan menjadi Rp 180 ribu. Perhitungannya: Rp 100 ribu merupakan pembayaran pinjaman dan Rp 80 ribu sisanya dianggap keuntungan -- dari sini lantas dipotong 25% untuk pengelola, sisanya dimasukkan ke tabungan milik si pengusaha lemah itu. Dengan cara begitu, kata Rektor UMSU Dalmi Iskandar, "Sambil memperoleh modal, mereka dilatih menabung." Sampai sepekan menjelang Idulfitri, jumlah peminjam sudah 150 orang. Seleksinya cukup ketat. Peminjam harus anggota Muhammadiyah, rajin salat berjamaah di masjid, dan sudah lama menjalankan usahanya. Syarat terakhir perlu, untuk menghindarkan pedagang mendadak. Para pengurus ranting Muhammadiyah yang melakukan seleksi sekaligus menarik iuran Rp 1.000 per hari itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini