PARA eksportir udang Indonesia memiliki satu obsesi besar, yakni bagaimana meningkatkan nilai tambahnya. Salah satu jalan adalah mengekspornya dalam keadaan matang sehingga tidak mengalami pemilahan harga untuk jenis udang tertentu. Inilah alasan utama mengapa pengusaha udang Kamaludin Bachir kini mempersiapkan sebuah pabrik pengalengan udang di Pekalongan. Tapi, sebelum ia bergerak lebih jauh, di Medan sudah ada pengeskpor lain dengan kiat berbeda -- yakni merebus dahulu udangnya, lalu diekspor. PT Red Ribbon Indonesia Corp., pada Senin pekan silam, mulai meluncurkan udang rebusnya ke Amsterdam, sebanyak 20 ton (senilai US$ 200 ribu). Sebenarnya, dalam jurus udang rebus ini, PT Red Ribbon sudah didahului oleh PT Juta Jelita, yang tiap bulannya mengeskpor 30 ton udang rebus ke Belanda dan Australia. Dirut PT Juta Jelita, Vincent Wijaya, mengatakan, di mancanegara itu udang rebus dijadikan makanan para menak di pesta, pesta atau di restoran, sebagai cocktail udang. Bahkan Jepang, yang biasanya menghendaki udang segar, sejak tahun lalu bersedia membeli udang rebus dari PT Juta Jelita. Ada yang mengatakan, kondisi udang rebus itu berbeda dengan udang kalengan yang bisa saja berisi udang besar. Yang rebusan biasanya terdiri dari udang kecil yang tidak masuk buku dalam ekspor udang segar. Supaya tidak terbuang percuma atau terjual dengan harga murah di pasar lokal, udang kecil itu direbus dan dikuliti, sehingga bergengsi untuk diekspor. Harganya bisa US$ 10 ribu/ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini