KALAU pasarnya ada, tapi proses ekspornya susah, apa akal? Alternatif yang terbaik adalah mendirikan pabrik di tengah-tengah pasar itu sendiri. Mungkin, begitulah pikiran yang terlintas di benak manajemen PT Wijaya Karya (Wika). Untuk merealisasikan ide itu, Wika -- bersama Percon- Malaysia -- tengah membangun sebuah pabrik tiang listrik beton berkapasitas 30 ribu tiang per tahun, di Selangor, Malaysla. Pasar tiang listrik di sana memang masih luas," kata Ismail CA, manajer Divisi Perdagangan Wika. Buktinya, hingga kini, tiang-tiang beton yang dibutuhkan oleh perusahaan listrik, perusahaan telekomunikasi, dan para kontraktor Malaysia masih dipasok oleh sebuah perusahaan patungan Jepang. Yang lain tak ada. Dan perusahaan Jepang itu, kabarnya, punya pabrik yang berteknologi canggih: Wika tidak gentar meski cuma meng- andalkan teknologi Jerman yang sederhana dan bersifat padat karya. "Kami yakin akan mampu bersaing dengan industri padat modal," kata Ismail. Itulah sebabnya, Wika -- yang hanya menguasai 40% saham -- yakin pabriknya akan mampu kembali moda paling lama dalam lima tahun. Apalagi, informasi pasar di Malaysia tampaknya bukan ma- salah. Maklum, selain mitranya asli orang Malaysia, Wika juga sudah memiliki jaringan pasar sendiri. Ini telah dikembangkan sejak tahun lalu, ketika BUMN di bawah pengawasan Departemen PU itu melakukan ekspor aksesori untuk jaringan distribusi listrik tegangan rendah. Belum banyak, memang. Jika ditotal dengan nilai ekspornya ke Bangladesh, Wika baru mengantungi devisa sekitar 500 ribu . dolar. Tapi, sedikit itu pangkal banyak. Ya, kan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini