Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Godaan kebun bunga

Australian dairy corporation, partner pt. marison dalam pt. indomilk akan menjual sahamnya, kesempatan pertama diberikan kepada pt. marison seandainya tak mampu akan dijual kepada pt. kebun bunga. (eb)

24 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH 13 tahun berstatus indo: Australia-lndonesia, si susu 'sedaap' Indomilk tampaknya akan menjadi WNI asli. Pengalihan status mingguminggu ini masih dirundingkan--setelah salah satu partner perusahaan patungan itu: Australian Dairy Corporation (ADC) -- pekan lalu mengumumkan akan menjual saham yang dimilikinya. "ADC akan menjual 50 persen saham yang dimilikinya seharga US$ 10 juta (lebih Rp 6 milyar)--sesuai dengan tawaran yang sudah diajukan kepada kami," kata M.L. Vawser, pimpinan ADC. Kesempatan pertama diberikan kepada PT Marison--partner ADC ketika mendirikan PT Indomilk -- yang memegang 50% saham perusahaan patungan tersebut sejak 1977. "Jika sampai dua minggu setelah hari penawaran (Selasa 13 Oktober 1981) Marison tak mampu membeli, akan kami jual ke PT Kebun Bunga," sambung Vawser lagi. Perusahaan inilah, menurut dia yang mengajukan penawaran sebesar harga yang diumumkannya itu. Kesepakatan pun, katanya sudah dibuat. Jika Marison tak juga membeli sampai batas waktu yang ditetapkan, Kebun Bunga akan menjadi penggantinya. Nampak jelas bahwa ADC benar-benar serius dengan maksudnya itu. Dan tak tanggung-tanggung pihak Australia tersebut malah sudah menerima uang panjar penjualan saham itu dari PT Kebun Burlga. "Tanggal 19 September lalu, saya sudah bayar down payment US$1 juta,", ungkap Raj Kumar Singh, Dirut PT Kebun Bunga pada TEMPO seraya memperlihatkan tanda penyerahan uang dan kontrak perjanjian. Menurut Kumar, sesuai dengan kontrak ia akan menyerahkan tambahan US$ 1 juta lagi tanggal 28 Oktober ini-sehari setelah masa tenggang waktu buat Marison berakhir. Lalu US$ 3 juta lagi diselesaikan tanggal 31 Desember. Sementara sisanya dibayar dalam jangka 5 tahun. Kalau Nahar mau jual, saham Marison juga akan saya beli: US$ 11 juta," katanya bersemangat. Keberanian Kumar melemparkan tawaran yang menggoda ADC itu, cukup membuat penusaha asal Sibolga: Nahar ahiruddin, Dirut PT Marison tersentak. Berturut-turut dalam seminggu ini, ia bergegas menemui Ketua BKPM, Dirjen Aneka Industri dan Menteri Perindustrian. Kemudian 15 Oktober lalu ia menulis surat kepada Menteri Ekuin Wijoyo Nitisastro. Nahar tampaknya belum mau berterus terang membeberkan apa sebenarnya yang terjadi di tubuh PT Indomilk. Tapi dalam suratnya kepada Wijoyo dia melaporkan kegusarannya. Ia menuding ADC menjalankan cara-cara penjualan saham yang bertentangan dengan etika usaha, merugikan devisa Indonesia serta melanggar ketentuan BKPM dan hukum Indonesia. "Seyogyanya Marison diberi waktu yang cukup untuk mencari partner Indonesia," tulisnya seraya minta perlindungan . Kalangan yang bergerak di bisnis susu mengatakan prospek perusahaan itu sebenarnya sangat cerah. "Tahun 1980 mereka untung Rp 812 juta," kata Kumar Singh yang juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Industri Susu Indonesia (AISI). Nahar sendiri mengelak untuk menyebutkan untung perusahaannya. "Yang pasti, kami untung," ucapnya singkat. Lantas mengapa ADC tetap berniat menjual sahamnya? Ketua BKPM Ir. Suhartoyo mengatakan, Vawser menyebut alasan karena tergoda pada tawaran US$ 10 juta yang dilemparkan Kebun Bunga. Tetapi dalam jawabannya kepada TEMPo pimpinan ADC itu mengatakan pihaknya merasa was-was pada kebijaksanaan pemerintah Indonesia. Antara lain, dalam hal pembagian saham 51: 49% antara pengusaha pribumi Indonesia dengan asing. Begitu pula dengan pengumuman baru-baru ini dari pemerintah Indonesia bahwa pengembangan industri susu oleh perusahaan asing secara bertahap akan dibatasi dan dihentikan sama sekali. ADC mulai bekerjasama dengan PT Marison sejak 1967, bermula dengan pembagian saham 10% Marison (US$ 75.000) dan 90% ADC (US$ 675.000). Secara bertahap mulai Agustus 1976 pengalihan saham dilakukan dan terakhir 1977 menjadi 50%: 50%. Produksi mereka yang utama adalah susu kental manis dengan produksi sekitar 1,8 jua per tahun. Sekitar 95% bahan bakunya kini masih harus diimpor. Indomilk bersaing dalam susu kental manis dengan produk PMA lainnya seperti Cap Nona, Cap Bendera dan Foremost. Cukup Puas Omzet peredaran seluruh produk susu perusahaan tersebut dalam rupiah berkisar Rp 120 milyar. "Jika pukul rata untung 10 persen berarti untung mereka Rp 12 milyar. Hitung saja apa tidak wajar kalau saya tawar saham ADC itu US$ 10 juta," kata Kumar. Apakah pengusaha keturunan India yang selalu memakai sorban itu akan berhasil merebut saham itu? "Nahar sudah bilang, dia mau beli semua," kata K. Hadinoto, Dirjen Aneka Industri. Sang Dirjen menyatakan ia cukup puas jika semua saham Indomilk dimiliki pengusaha Indonesia. "Itu berarti suatu perkembangan yang menggembirakan. Kumar pun sudah tahu dia takkan berhasil dan dia tampaknya hanya ingin semua saham itu dimiliki pribumi," kata Hadinoto. Nahar membenarkan bahwa perusahaannya akan membeli saham itu. Hanya masih belum jelas siapa partner yang akan diajaknya. "Saya masih cari-cari. Pokoknya, pribumi." Kebun Bunga? "Ah, kalau bisa, jangan saingan saya dong. Kebun Bunga kan juga bergerak di usaha susu," ucapnya. Kumar Singh sendiri tampak tenangtenang saja, menanggapi putusan Nahar itu. "Dalam bisnis itu biasa. Setelah Indomilk, kini saya sedang mengincar Nestle. Lihat saja nanti," ucap pemilik pabrik susu Shinta yang khusus dipasarkan untuk ABRI itu seraya tertawa lebar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus