SETELAH 13 tahun berstatus indo: Australia-lndonesia, si susu
'sedaap' Indomilk tampaknya akan menjadi WNI asli. Pengalihan
status mingguminggu ini masih dirundingkan--setelah salah satu
partner perusahaan patungan itu: Australian Dairy Corporation
(ADC) -- pekan lalu mengumumkan akan menjual saham yang
dimilikinya.
"ADC akan menjual 50 persen saham yang dimilikinya seharga US$
10 juta (lebih Rp 6 milyar)--sesuai dengan tawaran yang sudah
diajukan kepada kami," kata M.L. Vawser, pimpinan ADC.
Kesempatan pertama diberikan kepada PT Marison--partner ADC
ketika mendirikan PT Indomilk -- yang memegang 50% saham
perusahaan patungan tersebut sejak 1977. "Jika sampai dua minggu
setelah hari penawaran (Selasa 13 Oktober 1981) Marison tak
mampu membeli, akan kami jual ke PT Kebun Bunga," sambung Vawser
lagi.
Perusahaan inilah, menurut dia yang mengajukan penawaran sebesar
harga yang diumumkannya itu. Kesepakatan pun, katanya sudah
dibuat. Jika Marison tak juga membeli sampai batas waktu yang
ditetapkan, Kebun Bunga akan menjadi penggantinya. Nampak jelas
bahwa ADC benar-benar serius dengan maksudnya itu.
Dan tak tanggung-tanggung pihak Australia tersebut malah sudah
menerima uang panjar penjualan saham itu dari PT Kebun Burlga.
"Tanggal 19 September lalu, saya sudah bayar down payment US$1
juta,", ungkap Raj Kumar Singh, Dirut PT Kebun Bunga pada TEMPO
seraya memperlihatkan tanda penyerahan uang dan kontrak
perjanjian.
Menurut Kumar, sesuai dengan kontrak ia akan menyerahkan
tambahan US$ 1 juta lagi tanggal 28 Oktober ini-sehari setelah
masa tenggang waktu buat Marison berakhir. Lalu US$ 3 juta lagi
diselesaikan tanggal 31 Desember. Sementara sisanya dibayar
dalam jangka 5 tahun. Kalau Nahar mau jual, saham Marison juga
akan saya beli: US$ 11 juta," katanya bersemangat.
Keberanian Kumar melemparkan tawaran yang menggoda ADC itu,
cukup membuat penusaha asal Sibolga: Nahar ahiruddin, Dirut PT
Marison tersentak. Berturut-turut dalam seminggu ini, ia
bergegas menemui Ketua BKPM, Dirjen Aneka Industri dan Menteri
Perindustrian. Kemudian 15 Oktober lalu ia menulis surat kepada
Menteri Ekuin Wijoyo Nitisastro.
Nahar tampaknya belum mau berterus terang membeberkan apa
sebenarnya yang terjadi di tubuh PT Indomilk. Tapi dalam
suratnya kepada Wijoyo dia melaporkan kegusarannya. Ia menuding
ADC menjalankan cara-cara penjualan saham yang bertentangan
dengan etika usaha, merugikan devisa Indonesia serta melanggar
ketentuan BKPM dan hukum Indonesia. "Seyogyanya Marison diberi
waktu yang cukup untuk mencari partner Indonesia," tulisnya
seraya minta perlindungan .
Kalangan yang bergerak di bisnis susu mengatakan prospek
perusahaan itu sebenarnya sangat cerah. "Tahun 1980 mereka
untung Rp 812 juta," kata Kumar Singh yang juga menjabat sebagai
ketua Asosiasi Industri Susu Indonesia (AISI).
Nahar sendiri mengelak untuk menyebutkan untung perusahaannya.
"Yang pasti, kami untung," ucapnya singkat. Lantas mengapa ADC
tetap berniat menjual sahamnya? Ketua BKPM Ir. Suhartoyo
mengatakan, Vawser menyebut alasan karena tergoda pada tawaran
US$ 10 juta yang dilemparkan Kebun Bunga. Tetapi dalam
jawabannya kepada TEMPo pimpinan ADC itu mengatakan pihaknya
merasa was-was pada kebijaksanaan pemerintah Indonesia. Antara
lain, dalam hal pembagian saham 51: 49% antara pengusaha pribumi
Indonesia dengan asing. Begitu pula dengan pengumuman baru-baru
ini dari pemerintah Indonesia bahwa pengembangan industri susu
oleh perusahaan asing secara bertahap akan dibatasi dan
dihentikan sama sekali.
ADC mulai bekerjasama dengan PT Marison sejak 1967, bermula
dengan pembagian saham 10% Marison (US$ 75.000) dan 90% ADC (US$
675.000). Secara bertahap mulai Agustus 1976 pengalihan saham
dilakukan dan terakhir 1977 menjadi 50%: 50%. Produksi mereka
yang utama adalah susu kental manis dengan produksi sekitar 1,8
jua per tahun. Sekitar 95% bahan bakunya kini masih harus
diimpor. Indomilk bersaing dalam susu kental manis dengan produk
PMA lainnya seperti Cap Nona, Cap Bendera dan Foremost.
Cukup Puas
Omzet peredaran seluruh produk susu perusahaan tersebut dalam
rupiah berkisar Rp 120 milyar. "Jika pukul rata untung 10 persen
berarti untung mereka Rp 12 milyar. Hitung saja apa tidak wajar
kalau saya tawar saham ADC itu US$ 10 juta," kata Kumar.
Apakah pengusaha keturunan India yang selalu memakai sorban itu
akan berhasil merebut saham itu? "Nahar sudah bilang, dia mau
beli semua," kata K. Hadinoto, Dirjen Aneka Industri. Sang
Dirjen menyatakan ia cukup puas jika semua saham Indomilk
dimiliki pengusaha Indonesia. "Itu berarti suatu perkembangan
yang menggembirakan. Kumar pun sudah tahu dia takkan berhasil
dan dia tampaknya hanya ingin semua saham itu dimiliki pribumi,"
kata Hadinoto.
Nahar membenarkan bahwa perusahaannya akan membeli saham itu.
Hanya masih belum jelas siapa partner yang akan diajaknya. "Saya
masih cari-cari. Pokoknya, pribumi." Kebun Bunga? "Ah, kalau
bisa, jangan saingan saya dong. Kebun Bunga kan juga bergerak di
usaha susu," ucapnya.
Kumar Singh sendiri tampak tenangtenang saja, menanggapi putusan
Nahar itu. "Dalam bisnis itu biasa. Setelah Indomilk, kini saya
sedang mengincar Nestle. Lihat saja nanti," ucap pemilik pabrik
susu Shinta yang khusus dipasarkan untuk ABRI itu seraya tertawa
lebar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini