Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo mencatat EBITDA yang disesuaikan atau adjusted EBITDA senilai Rp 137 miliar di kuartal ketiga tahun 2024. Ini merupakan angka EBITDA yang disesuaikan kuartalan tertingginya sepanjang sejarah perusahaan. Pada periode yang sama tahun lalu adjusted EBITDA GoTo tercatat masih rugi Rp 559 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari aspek kerugian periode berjalan, hingga sembilan bulan 2024 GoTo mencatat angka Rp 1,7 triliun dengan catatan menggunakan angka reported. Angka itu turun dari rugi periode berjalan periode sama tahun lalu yakni Rp 2,4 triliun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama GOTO, Patrick Walujo, berharap kinerja ini bisa tetap dipertahankan pada kuartal keempat 2024. Selain itu, ia mengatakan EBITDA Fintech yang disesuaikan hampir impas.
Pada kuartal ketiga 2024, EBITDA Fintech yang disesuaikan masih minus Rp 65 miliar. Patrick menilai lini fintech melalui Goto Financial jadi salah satu segmen dengan pertumbuhan yang cepat.
“EBITDA Fintech yang disesuaikan hampir impas dan diperkirakan capai positif setahun lebih cepat dari pedoman awal,” kata Patrick, Senin, 4 November 2024.
Patrik menjelaskan, kinerja GoTo yang kuat ini ditopang oleh pertumbuhan pengguna bulanan yang mencapai 21 persen secara year on year (yoy) di seluruh ekosistem GoTo. Beberapa produk yang mendorong jumlah pengguna, kata dia yakni GoFood, GoCar, GoRide, GoTransit, hingga GoFood Pas.
Selain itu, ia mengatakan akan memperkuat wallet share melalui produk premun yang menyasar segmen menengah ke atas. Lalu, memperkuat cross selling untuk layanan pinjaman secara bertanggung jawab. Hal itu, kata dia, diperkuat dengan optimisasi beban biaya.
Selanjutnya, gross transaction value atau GTV inti Grup meningkat 74 persen menjadi Rp72,0 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara GTV Grup naik 37 persen YoY menjadi Rp137,4 triliun. Pendapatan bruto tumbuh 34 persen secara yoy menjadi Rp4,7 triliun.
Sebagai informasi, EBITDA yang disesuaikan merupakan pengukuran keuangan non-PSAK. Patrick menilai metrik kinerja EBITDA yang disesuaikan lebih mencerminkan kinerja operasional GoTo.