Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - GoTo Impact Foundation (GIF), organisasi akselerator bentukan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo, menyoroti peran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam mempercepat lahirnya solusi inovasi yang tepat sasaran di berbagai daerah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebetulnya saya melihat AI itu bisa menjadi medium untuk mempercepat pembelajaran,” kata Ketua GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, di Hotel Artotel Mangkuluhur, Jakarta Selatan, Selasa, 1 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Monica, AI bisa menjadi sarana untuk menyebarkan kearifan lokal Indonesia kepada dunia apabila digunakan dengan tepat. Namun, dia juga mengingatkan adanya risiko jika AI digunakan tanpa pemahaman mendalam tentang budaya lokal.
“Kalau kita mempercepat pembelajaran tersebut tanpa adanya kesadaran dan pengetahuan kearifan lokal tadi, justru kita bisa mencondongkan diri terhadap kearifan-kearifan lain, jadi melupakan akar kita sendiri,” tutur Monica.
Ketua Indonesia Impact Alliance, Romy Cahyadi, yang juga hadir dalam acara tersebut, mengatakan bahwa AI sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan telah diterapkan dalam solusi suatu masalah sosial.
Romy mencontohkan penggunaan AI oleh salah satu konsorsium peserta GIF dalam membantu desa wisata untuk memasarkan produk-produk unggulan mereka secara digital. “Kita tahu bahwa pemasaran digital itu bukan sesuatu yang baru dan peran kecerdasan buatan AI sudah digunakan di situ,” kata dia.
Rommy, yang juga CEO Instellar, menegaskan bahwa meskipun AI berperan besar, masyarakat tetap harus menjadi ‘tuan’ atau pengendali utama teknologi ini.
Dalam agenda ini, GIF memperkenalkan berbagai inovasi yang ditawarkan oleh para changemaker di sejumlah provinsi di Indonesia melalui program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE 3.0). Dalam CCE 3.0 ini yang dikembangkan adalah inovasi di empat wilayah, yakni Belitung, Lombok, Magelang, dan Malang.
Beragam inovasi dihadirkan dalam CCE 3.0 ini, untuk menyelesaikan permasalahan di empat daerah tersebut. Beberapa di antaranya adalah dari budidaya ikan bandeng di bekas lubang tambang hingga agribisnis kopi robusta berkelanjutan.