Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Risiko keamanan data konsumen pengguna aplikasi Tokopedia dan Gojek menjadi perhatian, setelah kedua perusahaan startup itu melakukan kolaborasi atau merger menjadi GoTo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menepis keraguan itu, Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) mengatakan di masa awal merger ini GoTo harus bisa menunjukkan perlindungan sumber daya, penilaian risiko terhadap data sharing, hak subjek data, dan keamanan infrastruktur yang memadai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena ini menjadi patokan untuk menilai sejauh mana perusahaan tersebut berkomitmen dalam melindungi data pribadi pengguna," ujar peneliti ELSAM Lintang Setianti dalam keterangannya, Kamis, 1 Juli 2021.
Dalam konteks alokasi sumber daya, Lintang mengatakan perusahaan-perusahaan raksasa berbasis digital harus menerapkan fungsi Data Protection Officer (DPO) serta memiliki Chief Information Security Officer (CISO). Sistem itu secara spesifik bertugas mengawasi dan memberikan masukan terkait perlindungan data pribadi dalam proses merger dan akuisisi.
“Kami melihat GoTo mungkin sudah ada beberapa fungsi itu. Artinya ada pihak atau fungsi yang secara langsung bisa kita hubungi atau mereka yang bertugas mengawasi atas proses-proses ini,” ujar Lintang.
Lebih lanjut, ia menjelaskan sebuah perusahaan yang tengah menjalankan proses merger dan akuisisi seperti GoTo juga harus melihat penilaian risiko terhadap data sharing. Menurut dia proses ini meminimalisir hal yang tidak diinginkan di kemudian hari seperti adanya kebocoran data.
Selain itu, hak subjek data dalam hal notifikasi juga menjadi fokus sebagai salah satu syarat yang harus dilakukan perusahaan dalam proses merger. Dalam hal ini, ia juga mengkonfirmasi bahwa GoTo telah menerapkan kebijakan notifikasi.
“Dengan adanya notifikasi ini, subjek data, mungkin dalam hal ini para karyawannya diingatkan kemungkinan adanya perpindahan data atau perubahan struktur,” ujar dia.
Adapun soal keamanan infrastruktur dalam hal perlindungan data pengguna, menurut Lintang tak kalah penting untuk dijadikan sebagai salah satu perhatian perusahaan digital seperti GoTo. Keamanan infrastruktur ini nanti juga akan menjadi tanggung jawab perusahaan, baik sebelum maupun sesudah proses merger.
"Dari penilaian kami atas berbagai bisnis proses dan infrastruktur yang ada, GoTo telah memenuhi beberapa standar dalam hal perlindungan data pribadi para penggunanya di tengah proses merger," kata dia.
Seperti diketahui, merger antara PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dan PT Tokopedia menjadi GoTo resmi terjadi pada Senin, 17 Mei 2021. Merger ini membuat Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin GoTo sebagai CEO Group. Sementara Patrick Cao dari Tokopedia sebagai Presiden GoTo. Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.