Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Habis manis di Cot Girek

Pabrik gula di cot girek, aceh dihentikan pengoperasiannya. akibat ketidaksesuaian iklim & kurang intensifnya budidaya petani setempat. sempat melakukan penggilingan tebu untuk 17 kali musim panen.

2 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MANISNYA gula telah berakhir di Cot Girek. Bulan lalu, setelah bertahan hampir dua puluh tahun, pabrik gula itu terpaksa ditutup. Seluruh kegiatan unit mesin pabrik dan penanaman tebu di Cot Girek, yang terletak 306 km dari Banda Aceh, telah dihentikan. "Tak bisa lagi diharapkan keuntungannya," ujar Menteri Pertanian Achmad Affandi. Ada dua faktor yang dicatat Menteri Affandi sebagai penyebab kegagalan Cot Girek: ketidaksesuaian iklim dan kuran intensifnya budidaya petani setempat. Tentang ketidakcocokan iklim disebutkan, di daerah Cot Girek, hujan turun sepanjang tahun. Tanah di sana juga tanah lempung merah - yang di musim hujan mengendapkan alr, dan retak-retak di musim kemarau. Bibit bagus sekalipun tetap tak menolon batang-batang tebu di Cot Girek lepas dari kekerdilan. Akibatnya, produktivitas gula pada lahan seluas 225 ribu ha di sekitar pabrik begitu rendah. "Rendemennya kerap kali di bawah 7%," tambah Affandi. Dengan produktivitas serendah itu tak mungkin diharapkan pabrik bisa menutup biaya operasi. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kata Menteri, rendemen gula tebu bisa mencapai 15%16% . "Untuk sementara waktu pabrik gula Cot Girek tak akan dioperasikan," ujar Menteri Affandi. Memang ada yang masih berharap munculnya varietas baru tebu yang tahan hujan tanpa melepaskan rendemen. "Saya tak terlalu yakin varietas itu bisa diperoleh," tambah Affandi. Gelagat buruk bagi Cot Girek sudah terlihat begitu Menteri Affandi bicara tentang penghentian sementara pengoperasian pabrik gula itu. Indikasinya bahkan sudah tampak: di banyak blok kebun, batang tebu sudah diganti dengan tunas kelapa sawit berumur tujuh bulan. Luas areal tanaman baru ini sekitar 20 ribu ha. Menteri Affandi membantah desas-desus salah urus di perkebunan dan pabrik gula Cot Girek. "Semata-mata salah lokasi," katanya. "Buktinya, pabrik gula di Sungai Semayang untung." Pabrik gula Cot Girek dan Sungai Semayang dikelola PTP IX. Penghentian pengoperasian pabrik gula Cot Girek terasa sangat memukul 800 karyawan. Jatah beras, gula, dan obat, yang semula pembagiannya berjalan lancar, mulai mandek. Maka, banyak buruh pabrik dan buruh kebun, bersama anak dan istri, ngobyek di luar dengan upah Rp 1500 sehari. Padahal, ketika direncanakan dulu, salah satu tujuan sampingan pabrik ini adalah agar juga mampu menampung buruh dan buruh tani d daerah itu. Pabrik ini diresmikan penggunaannya oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada 1970. Ia ketika itu pernah disebut-sebut sebagai salah satu pabrik gula terbesar di luar Jawa. Dan sempat hendak dipertahankan agar tetap hidup, pabrik ini sempat melakukan penggilingan tebu untuk 17 kali musim panen, sebelum kemudian ditutup. Di tempat lain, tebu juga tak selalu memberikan rasa manis. Enam buah pabrik gula yang dibawahkan PTP XV dan XVI juga gagal memberikan keuntungan. Sampai tahun giling 1986, sekitar Rp 3,5 milyar tergilas akibat sistem operasi yang tak efisien. Kabarnya, sebagian besar dana itu dimakan biaya angkut yang tinggi dari perkebunan yang terpencar ke pabrik. Pabrik gula Kalibagor, Kabupaten Banyumas merupakan pemakan biaya paling banyak rugi Rp 2 milyar. "Ditutupnya" pabrik gula Cot Girek, dan meruginya beberapa pabrik lainnya, menurut Menteri Affandi, tidak akan mengganggu peningkatan produksi gula nasional. Produktivitas pabrik gula di lokasi lain mampu menutup jumlah yang dihasilkan Cot Girek dan pabrik yang senasib. Misalnya, target produksi gula tahun ini, sekitar 22 juta ton, masih lebih besar dari permintaan konsumen dalam negeri yang diperkirakan sebesar 20 juta ton. Lumbung gula yang diharapkan sebagai pemenuh target, antara lam, pabrik gula baru di Baturaja, Sumatera Selatan di Ladongi Sulawesi Tenggara dan Paguyaman, Sulawesi Utara. Produksi pabrik-pabrik baru itu diharapkan menambah produksi gula nasional sebesar 210.000 ton per tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus