Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Harga Bawang Merah Melesat karena Gagal Panen, Ikappi Minta Percepat Distribusi

Ikappi menyayangkan kondisi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah sehingga membuat gagal panen dan memicu kenaikan harga bawang merah.

24 April 2024 | 23.02 WIB

Pekerja tengah memilah bawang merah di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap penyebab harga bawang merah mendadak melesat bahkan ada yang sampai jadi Rp 84 ribu per kg. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Pekerja tengah memilah bawang merah di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Senin, 22 April 2024. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkap penyebab harga bawang merah mendadak melesat bahkan ada yang sampai jadi Rp 84 ribu per kg. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri menyebut penyebab harga bawang merah naik dalam beberapa hari terakhir karena ada gagal panen di sejumlah daerah. Kegagalan produksi terjadi di di beberapa titik wilayah produksi, membuat pasokan ke pasar tidak sebanyak sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut pantauan Mansuri, harga bawang merah sudah naik menjelang Idulfitri dan berlanjut pasca Idulfitri sampai saat ini. Sejumlah sentra produksi bawang merah tercatat gagal panen. Di antaranya menurut Mansuri, Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Pati. Semuanya berada di Jawa Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Wilayah penghasil bawang merah terbesar itu ada di Brebes, selanjutnya Demak,” kata Mansuri melalui keterangan tertulis pada Rabu, 24 April 2024.

Menurut Mansuri, harga bawang merah terutama di wilayah Jabodetabek melesat naik karena gagal panen terjadi di daerah pemasok pasar Jabodetabek. Bawang mera untuk pasar Jabodetabek biasanya datang dari wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

"Ada Brebes, Demak, Grobogan, Pati, Nganjuk dan beberapa daerah lainnya,” ujarnya. 

Adapun wilayah penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur ada di Nganjuk. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) ada di Bima, Sumatera Barat di Solok, selanjutnya di Sumatera Utara dan Jawa Barat.

Menurut Mansuri, salah satu penyebab gagal panen bawang merah di sejumlah daerah itu karena curah hujan yang tinggi. Akibatnya harga bawang merah saat ini melonjak bahkan sudah tembus di angka Rp 80 ribu per kilogram, naikan mencapai 100 persen atau dua kali lipat dari harga normal.

Oleh karena itu, Ikappi meminta agar pemerintah mendorong percepatan distribusi ke wilayah-wilayah yang kebutuhannya cukup besar seperti Jabodetabek. Langkah lainnya, pemerintah dapat mendorong produksi bawang merah di luar Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Kota Solok dan Bima. Produksi dari wilayah tersebut kemudian didistribusikan ke Jabodetabok.

“Jika itu bisa dilakukan maka kami meyakini harga akan terdorong turun,” tutur Mansuri.

Sementara itu, berbeda dengan Mansuri, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan salah satu faktor harga bawang merah naik karena Lebaran. Ia memastikan, dalam seminggu ini harga akan kembali normal. Dikutip dari data Badan Pangan Nasional per Rabu, 24 April 2024 harga bawang merah rata-rata nasionalnya Rp 53.260 per kilogram.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus