Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan Nasional atau Bapanas membeberkan strategi meredam kenaikan harga cabai rawit merah. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya akan memobilisasi pasokan cabai rawit merah dari daerah yang mengalami surplus ke daerah yang mengalami defisit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Produsen seperti Sulawesi Selatan ada di Wajo, Enrekang, itu stoknya kami bawa ke beberapa daerah yang defisit," kata Arief dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat pada Senin, 6 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara daerah yang mengalami defisit pasokan cabai rawit merah, tuturnya, antara lain, Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Barat, Sulawesi Barat. Daerah-daerah tersebut yang akan digelontorkan pasokannya dari daerah yang mengalami surplus. Dia berujar biaya logistik untuk mengirimkan pasokan cabai rawit itu pun terbilang murah.
Di sisi lain, ia juga mengimbau kepada Kepala Pemerintah Daerah untuk melakukan strategi ini. Sementara itu, Bapanas akan menyalurkan pasokan berdasarkan hasil penelitian kerawanan pangan.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga cabai merah terjadi di 335 kabupaten dan kota. Sedangkan kenaikan harga cabai rawit terjadi di 312 kabupaten dan kota.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan pada pekan pertama November, cabai merah dan cabai rawit memiliki andil tertinggi terhadap inflasi. Karena itu, ia menilai kenaikan harga komoditas ini perlu diwaspadai.
Menurut BPS, semua kota mengalami perubahan indeks perkembangan harga (IPH) cabai rawit dan cabai merah. Ia mengatakan perkembangan cabai harga merah terus meroket dari minggu ke minggu.
Berdasarkan catatan BPS, perkembangan harga cabai rawit pun terus meningkat sampai pekan pertama november, yakni mencapai Rp 70.272 per kilohtam. Amalia menyebutkan terdapat 312 Kabupaten dan kota yang mengalami kenaikan harga cabai rawit.
RIANI SANUSI PUTRI