Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang di Pasar Senen, Jakarta Pusat, mengeluh kesulitan mendapatkan buah kelapa sehingga mengakibatkan kenaikan harga hinga 50 persen. Setiap butir kelapa yang diperas menjadi santan segar dihargai Rp 15.000 dari yang semula Rp 10.000. Harga kelapa makin meroket ketika mendekati Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kelapa lagi mahal, satu butir Rp 15 ribu, belum harga lebaran. kalau mau lebaran satunya Rp 25 ribu, yang besar Rp 35 ribu," ujar Nur saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada Selasa, 18 Maret 2025. Menurut Nur Laela, kenaikan harga itu tak terhindarkan sebab minimnya pasokan kelapa dari Sumatera. Ia menyebut banyak kelapa yang tidak dikirim ke Jawa karena diekspor ke negara Malaysia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nur Laela bercerita, kelangkaan itu telah berlangsung sejak tiga bulan lalu sebelum bulan puasa tiba. Bahkan, menurut Nur, ia sempat tak kebagian kelapa pada akhir 2024 lalu. Sehingga melonjaknya harga kelapa telah berangsur-angsur beberapa bulan ke belakang. "Ini (kenaikannya) bukan karena akan lebaran atau puasa, sudah tiga bulan naik duluan kalau kelapa," kata dia.
Nur mengatakan ketika harga kelapa melambung, sulit untuk turun kembali ke angka Rp 10 ribu per butir. Akibatnya, lapak yang sudah ia jaga selama 7 tahun itu terus mengalami penurunan omset. Biasanya ia mampu menjual 200 butir kelapa yang dibagi ke dalam dua keranjang. Namun, usai pekan kedua Ramadan terlewat ia tak kecipratan untung tambahan. "Sekarang memble, sekeranjang aja gak abis," kata perempuan berusia 50 tahun itu.
Nur menyebut, sepinya pembeli itu juga dirasakan oleh pedagang kelapa lain di Pasar Senen. Ia pun ingin pemerintah segera merespons keluh kesahnya agar stok dan harga kelapa menjadi terjangkau bagi pedagang. Sebab, kenaikan harga kelapa tak hanya berdampak bagi pembeli, tapi juga pedagang. "Kitanya yang puyeng, kadang modal naik untungnya makin menipis," ucapnya.
Tak hanya Nur, pedagang lain juga terpaksa mengerek harga buah kelapa di Pasar Senen. Pandang, laki-laki berumur 35 tahun, menuturkan kini ia mematok harga kelapa per butirnya Rp 15 ribu. Padahal biasanya ia dapat menjual kelapa dari kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu. Kenaikan itu pun bukan semata-mata terjadi sebab sedang bulan Ramadan. "Naiknya sejak sebelum tahun baru, dari Desember 2024," ujar Pandang yang ditemui di kiosnya.
Kenaikan harga itu juga dikeluhkan oleh pembeli. Ia mengatakan para pembeli juga komplain sejak sebelum bulan puasa. Menurut laki-laki yang telah berjualan sejak 2005 silam itu, harga kelapa Rp 15 ribu per butir sudah dianggap pembeli seperti kenaikan harga menjelang hari raya.
Adapun kenaikan harga kelapa di pasaran akan ditindaklanjuti oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso. Budi menjanjikan akan meninjau penyebab dari kenaikan harga kelapa. "Coba nanti kami cek lagi ya apakah pasokannya yang kurang atau apa, kami nanti cek lagi," ucapnya berjanji usai meninjau harga sembako di Pasar Senen.
Pilihan Editor: Kelapa dan Durian Indonesia akan Masuk Pasar Cina