Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga mi instan di sejumlah titik di Bali mulai naik meski tak signifikan. Mi instan goreng yang dijual di Pasar Katrangan, Denpasar, misalnya, mengalami kenaikan Rp 500 per bungkus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, harga mi instan tersebut dilego Rp 3.000 per bungkus, namun kini menjadi Rp 3.000 per bungkus. Sedangkan harga mi untuk varian rebus tidak berubah .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pedagang sembako di Pasar Katrangan, Ni Made Kartini (41 tahun), mengatakan harga mi per dus yang ia beli dari distributor sudah mengalami kenaikan sekitar Rp 10 ribu. Bila biasanya mi satu kerdus dibeli seharga Rp 100 ribu, kini menjadi Rp 110 ribu.
"Sudah naik segala macam mi, mi kuning duluan naik Rp 500 per bungkus, jadi Rp 10 ribu per dus. Untuk mi yang lebar sekarang bisa Rp 20 ribu per dus," kata Made Kartini di Bali, Kamis, 11 Agustus.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra menyebut tak akan ada kepanikan ihwalisu kenaikan harga mi instan. Pernyataan ini menanggapi kabar ancaman harga mi instan naik tiga kali lipat.
"Kembali lagi, bahwa mie itu bukan bahan pokok dan melainkan adalah barang subtitusi dari makanan pokok kita, sepertinya tidak akan sampai ada kepanikan berbelanja di masyarakat," kata.
Isu soal kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat ini muncul dari pernyataan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Dia meminta masyarakat berhati-hati akan adanya kenaikan harga mi yang berbahan gandum itu.
Kenaikan tersebut merupakan dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina. Meski begitu, Agra menuturkan kenaikan harga mi lazim terjadi.
"Kalau kenaikan harga memang lumrah terjadi, tidak hanya kali ini saja. Tetapi untuk yang ini mungkin perlu menjadi perhatian akibat perang Rusia-Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum," ujar Agra. Apabila harga mi instan melambung tinggi, ia menyebut masyarakat akan beralih mencari substitusi produk gandum sehingga dampaknya tak akan begitu terasa.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan kenaikan harga mi instan sampai tiga kali lipat itu tidak terjadi. "Mi instan tidak akan naik tiga kali karena gandum memang trennya naik, karena gagal panen di Australia yakni sekitar 67 juta ton gagal panen," kata Zulkifli Hasan di Kulon Progo, Kamis, 11 Agustus.
Ia mengatakan kunjungan Presiden Joko Widodo alias Jokowi beberapa waktu lalu ke Rusia dan Ukraina membawa dampak baik terhadap ketersediaan dan pasokan gandum di Indonesia. Pasar gandum, kata dia, akan dibanjiri oleh Ukraina.
Begitu juga pasokan gandum dari Australia, Amerika, dan Kanada yang diperkirakan akan meningkat karena panen. Malahan menurut Zulkifli, pada September mendatang, harga gandum akan turun.
"Trennya akan turun. Jadi kalau tiga kali tidak lah, kalau ada kemarin naik sedikit iya sehingga, inflasi kita 4 persen, 5 persen jadi naiknya segitu, tapi cenderung September akan turun," kata Zulkifli.
ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.