Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga pangan terus menjadi penyumbang tingkat inflasi pada tahun ini.
Kegagalan mengantisipasi El Nino diperkirakan menjadi penyebab tingginya harga pangan.
Pemerintah menggencarkan pangan murah di pengujung tahun.
JAKARTA – Menjelang tutup tahun, harga sejumlah komoditas pangan pokok terus meningkat. Kenaikan ini terekam pada grafik yang terpampang dalam laman panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas). Kenaikan harga beberapa komoditas yang mencolok antara lain gula pasir, cabai merah, cabai rawit merah, dan bawang merah. Sementara itu, beras medium dan premium relatif stabil di tingkat harga yang cukup tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kenaikan harga pangan ini sudah terjadi sejak beberapa bulan belakangan. Harga kian memuncak lantaran tingginya permintaan menjelang periode Natal dan tahun baru dalam dua pekan terakhir. "Gula dan cabai kenaikan harganya mencolok. Sekarang yang sedang merangkak naik bawang merah, ayam, tomat, sayur-sayuran, dan daging. Harus dijaga pasokannya karena akan ada permintaan tinggi pada 21-24 Desember nanti," ujar Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komoditas pangan selama ini terus menyumbang laju inflasi di Indonesia. Pada November lalu, misalnya, inflasi tahunan sebesar 2,86 persen mayoritas disumbang oleh aneka bahan pangan. Beras memberi andil inflasi sebesar 0,58 persen; cabai merah 0,19 persen; cabai rawit 0,1 persen; daging ayam ras 0,09 persen; dan bawang putih 0,07 persen. Badan Pusat Statistik mencatat inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada November 2023 mencapai 6,71 persen dan berandil 1,72 persen terhadap inflasi umum.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Mohammad Faisal mengatakan inflasi pangan bergejolak berpotensi mencapai 7 persen pada akhir tahun ini. Jauh di atas target inflasi umum pemerintah yang paling tinggi 4 persen. Inflasi pangan yang tinggi ini bakal menggerus daya beli masyarakat menengah ke bawah. "Padahal upah minimum hanya memperhitungkan inflasi umum yang angkanya lebih rendah."
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan kenaikan harga pangan ini terutama disebabkan oleh fenomena El Nino sehingga mempengaruhi volume produksi di dalam negeri. Semestinya, kata dia, risiko ini bisa dimitigasi dengan kebijakan impor pangan. Masalahnya, banyak negara juga melakukan kebijakan proteksi terhadap pasokan pangannya. "Ini menambah tekanan dari sisi pasokan pangan dan akan berimbas pada inflasi pangan yang lebih tinggi."
Pedagang bahan pokok menata cabai merah di Pasar Johar Baru, Jakarta, 4 Desember 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Harga Tinggi Bisa Berlanjut
Josua mewanti-wanti agar pemerintah mengantisipasi risiko El Nino berkepanjangan. Dampak musim kering itu berpotensi masih berlanjut hingga awal 2024. Padahal ada potensi kenaikan angka permintaan pada enam bulan pertama tahun depan karena adanya Ramadan dan Lebaran. Harga pangan berpotensi melonjak jika panen raya mendatang terganggu oleh fenomena iklim tersebut. Rencana pengenaan cukai minuman berpemanis dalam kemasan juga dapat mengerek inflasi lebih tinggi lagi.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan Ayip Said Abdullah juga mengambil kesimpulan yang sama atas fenomena kenaikan harga pangan yang membuat inflasi pangan mendekati 7 persen. El Nino menjadi biang keladi yang menghantam hampir semua negara produsen pangan, termasuk Indonesia.
Kondisi produksi pangan yang tertekan karena El Nino menyebabkan ketersediaan pasokan terganggu dan harga melambung. Situasi itu juga diperberat oleh konflik geopolitik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan harga pupuk melambung. Senada dengan Josua, Ayip melihat situasi tersebut bukan tidak mungkin akan terasa imbasnya sampai awal tahun depan.
"Harapannya, semoga saja tidak sampai pada masa puasa dan Lebaran. Sebab, hal itu juga akan memberikan dampak yang cukup berat saat kebutuhan pangan meningkat," kata Ayip. Sebagai upaya mitigasi, ia mengatakan pemerintah dapat memperkuat produksi akhir tahun dengan memastikan ketersediaan air di area pertanian yang masih tersedia sumber air. Dukungan teknologi serta komoditas pendukung lain juga penting supaya ketersediaan pasokan pangan meningkat dan harga dapat dikendalikan.
Pekerja mengemas gula pasir berukuran 1 kilogram di pasar Kramat Jati, Jakarta, 14 November 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Pemerintah Klaim Bisa Jaga Inflasi
Pelaksana tugas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Ferry Irawan mengakui bahwa El Nino mempengaruhi produksi pangan domestik sejak pertengahan tahun. Kendati demikian, ia mengklaim saat ini kenaikan harga beras dan komoditas pangan lainnya mulai relatif terkendali dengan berbagai program pemerintah. Ia yakin inflasi akan tetap dalam sasaran. "Ke depan diharapkan harga pangan akan kembali terkendali. Produksi pangan domestik akan kembali normal dan membaik seiring dengan cuaca yang diperkirakan netral."
Beberapa komoditas yang sedang ditangani harganya selain beras adalah gula dan cabai. Untuk gula, Ferry mengatakan pemerintah terus mendorong importir untuk merealisasi kuota impornya hingga akhir tahun ini guna memastikan ketersediaan pasokan dalam negeri. Sementara itu, untuk menahan kenaikan harga cabai, pemerintah terus memfasilitasi distribusi dari daerah yang masih surplus atau terjadi panen ke daerah yang perlu menekan peningkatan harga aneka cabai.
Program tanam pekarangan juga terus dikampanyekan untuk dapat memenuhi kebutuhan di level rumah tangga. "Ke depan, harga cabai diharapkan segera terkendali seiring dengan beberapa daerah sentra, seperti Jawa Timur dan Lampung, telah mulai masa tanam sejak akhir November," ujar Ferry.
Di luar berbagai upaya tersebut, Badan Pangan Nasional juga menggencarkan Gerakan Pangan Murah hingga penutupan tahun ini. Kegiatan ini berlokasi di 118 kabupaten/kota yang tersebar di 29 provinsi. Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi yakin adanya operasi pasar yang masif dan menyentuh langsung masyarakat dapat menjaga stabilitas pangan serta inflasi.
"Operasi pasar murah seperti ini merupakan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta intensitas pelaksanaan pasar murah di daerah-daerah terus diperbanyak, sehingga masyarakat dapat lebih terbantu dalam memperoleh bahan pangan pokok,” katanya.
CAESAR AKBAR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo