KONFEDERASI Wartawan ASEAN (CAJ) didirikan di Jakarta tujuh
tahun lalu. Tujuannya ialah menggerakan kerjasama profesional.
Apakah berhasil "Tidak selancar seperti yang diharapkan," kata
Jakob Oetama dari harian Kompas. Dia berbicara di depan Forum
ASEAN di Jakarta.
Memang telah ada suatu bentuk kerjasama. Tetapi itu cuma sekedar
tukar menukar kunjungan atau pendidikan kewartawanan atas nama
CAJ lewat sponsor negara non-ASEAN.
CAJ juga bernada seperti perserikatan ASEAN lainnya di bidang
politik dan ekonomi. Wadahnya sudah terbentuk, persetujuan
bersama sudah diteken, tetapi realisasi semua itu tidak selancar
seperti menuliskan sederetan ide-ide cemerlang. Dan Forum ASEAN
(2-4 Agustus) menelusur kualifikasi ASEAN dalam eksistensinya
selama 15 tahun ini.
Tersendat-sendatnya CAJ juga mempunyai hambatan sama. Yaitu
latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda di seantero
anggota ASEAN. Untuk media massa, "perbedaan status wartawan dan
organisasi strukturalnya, itulah yang menjadi salah satu dari
hambatan," kata Jakob Oetama.
Perbedaan yang sudah tentu sulit diseragamkan misalnya bisa
dilihat dari perserikatan wartawan. Di Indonesia, ada PWI yang
beranggotakan mulai dari reporter sampai pemimpin redaksi.
Singapura dan Malaysia mempunyai kemiripan di Inggris atau
Australia. "Persatuan Wartawan" di sana hanyalah untuk mereka
yang berpangkat reporter saja, serikat kerja (trade union) saja.
Pangkat pemimpin redaksi di sana biasanya masuk kategori
majikan, karena dia juga pemilik surat kabar Kedudukannya
sejajar dengan penerbit dan hubungan dengan wartawan berwujud
dalam kerangka patron dan client. Di Indonesia, ada pula SPS
(Serikat Penerbit Suratkabar) yaitu semacam perkumpulan majikan.
Jadi di Indonesia, seorang yang berstatus majikan bisa pula
merangkap jadi pekerja.
Beberapa negara ASEAN sudah mendirikan kantor berita. Di
Filipina, ada PNA yang berada di bawah Direktorat Penerangan
Umum. Di Malaysia, ada Bernama yang otonom, walaupun 80% dari
pembiayaan tahunannya didrop oleh pemerintah Malaysia. Muangthai
dan Singapura selama ini lebih senang memakai kantor berita
asing yang mempunyai jaringan leblh luas dan mau. Di
Indonesia, ada Antara. M. Chudori dari Antara, anggota Dewan
Direktur CAJ, menjelaskan: "Secara administratif Antara berada
di bawah Sekretariat Negara. Secara koordinatif ia di bawah
Departemen Penerangan, dan operasional ia bebas."
Ada pula perbedaan konstitusi, perundang-undangan atau peraturan
yang menjamin atau menunjang pers setempat. Sehingga konotasi
"pers bebas", seperti yang ditegaskan dalam Komunike Bersama
tahun 1975, mempunyai sifat yang berbeda pula.
Telah disepakati usaha meningkatkan pemberitaan negara ASEAN
sendiri. Buktinya? Pemimpin Antara August Marpaung SH menyatakan
di depan forum itu bahwa pemuatan berita negara tetangga di pers
Indonesia di bawah 1096 dari seluruh pemberitaan. "Itu pun
biasanya cuma berita yang bersifat straight news," tukas Jakob
Oetama.
Hal ini bukan ternyata di Indonesia saja. Peristiwa besar dan
hangat, seperti misalnya Libanon, sudah tentu lebih mendapat
tempat istimewa dalam surat kabar.
Dalam pertemuan di Singapura akhir Juli lalu, Dew?n Direktur CAJ
mengusulkan adanya keseragaman tarif dalam PTT. Bagi pers di
Inggris dan Negara Persemakmuran, berlaku one penny tariff,
tarif PTT yang murah. Demikian pula diharapkan untuk ASEAN.
"Tarif yang seragam untuk pers," kata Chudori, harus dibicarakan
oleh pemerintah masing-masing. Apakah mungkin? Hal ini terbentur
pula. Di Indonesia, PTT berada di bawah Departemen Perhubungan,
sedangkan di Filipina ia dikelola oleh 3 perusahaan swasta. Usul
ini sebetulnya sudah dicetuskan dalam pertemuan CAJ di
Kualalumpur (1978) tetapi tak ada kelanjutannya hingga kini.
Masalah lain lagi yang sedang diusahakan ialah bagaimana caranya
untuk mendapat foto-radio lebih cepat. Selama ini orang di
Kualalumpur, Manila atau Bangkok, harus mengirim foto-radio
lewat Tokyo, alur baru yang tercepat. Bahkan dari Singapura atau
Kualalumpur pernah foto-radio harus dikirim lewat London. Untuk
Jakarta, dari London harus lewat Amsterdam dulu. CAJ sedang
mengusahakan agar foto-radio bisa dikirimkarn langsung ke
antarnegara ASEAN.
Adalah mustahil untuk segera menyeragamkan seluruh bentuk
perbedaan itu tapi CAJ membawa manfaat juga meski pun kecil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini