Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Hasrat wartawan asean

Hasil konfederasi wartawan asean (caj) yang dibentuk 7 tahun yang lalu, masih tersendat-sendat. berita negara tetangga kurang diperhatikan. banyak perbedaan status dan organisasi.(md)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONFEDERASI Wartawan ASEAN (CAJ) didirikan di Jakarta tujuh tahun lalu. Tujuannya ialah menggerakan kerjasama profesional. Apakah berhasil "Tidak selancar seperti yang diharapkan," kata Jakob Oetama dari harian Kompas. Dia berbicara di depan Forum ASEAN di Jakarta. Memang telah ada suatu bentuk kerjasama. Tetapi itu cuma sekedar tukar menukar kunjungan atau pendidikan kewartawanan atas nama CAJ lewat sponsor negara non-ASEAN. CAJ juga bernada seperti perserikatan ASEAN lainnya di bidang politik dan ekonomi. Wadahnya sudah terbentuk, persetujuan bersama sudah diteken, tetapi realisasi semua itu tidak selancar seperti menuliskan sederetan ide-ide cemerlang. Dan Forum ASEAN (2-4 Agustus) menelusur kualifikasi ASEAN dalam eksistensinya selama 15 tahun ini. Tersendat-sendatnya CAJ juga mempunyai hambatan sama. Yaitu latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda di seantero anggota ASEAN. Untuk media massa, "perbedaan status wartawan dan organisasi strukturalnya, itulah yang menjadi salah satu dari hambatan," kata Jakob Oetama. Perbedaan yang sudah tentu sulit diseragamkan misalnya bisa dilihat dari perserikatan wartawan. Di Indonesia, ada PWI yang beranggotakan mulai dari reporter sampai pemimpin redaksi. Singapura dan Malaysia mempunyai kemiripan di Inggris atau Australia. "Persatuan Wartawan" di sana hanyalah untuk mereka yang berpangkat reporter saja, serikat kerja (trade union) saja. Pangkat pemimpin redaksi di sana biasanya masuk kategori majikan, karena dia juga pemilik surat kabar Kedudukannya sejajar dengan penerbit dan hubungan dengan wartawan berwujud dalam kerangka patron dan client. Di Indonesia, ada pula SPS (Serikat Penerbit Suratkabar) yaitu semacam perkumpulan majikan. Jadi di Indonesia, seorang yang berstatus majikan bisa pula merangkap jadi pekerja. Beberapa negara ASEAN sudah mendirikan kantor berita. Di Filipina, ada PNA yang berada di bawah Direktorat Penerangan Umum. Di Malaysia, ada Bernama yang otonom, walaupun 80% dari pembiayaan tahunannya didrop oleh pemerintah Malaysia. Muangthai dan Singapura selama ini lebih senang memakai kantor berita asing yang mempunyai jaringan leblh luas dan mau. Di Indonesia, ada Antara. M. Chudori dari Antara, anggota Dewan Direktur CAJ, menjelaskan: "Secara administratif Antara berada di bawah Sekretariat Negara. Secara koordinatif ia di bawah Departemen Penerangan, dan operasional ia bebas." Ada pula perbedaan konstitusi, perundang-undangan atau peraturan yang menjamin atau menunjang pers setempat. Sehingga konotasi "pers bebas", seperti yang ditegaskan dalam Komunike Bersama tahun 1975, mempunyai sifat yang berbeda pula. Telah disepakati usaha meningkatkan pemberitaan negara ASEAN sendiri. Buktinya? Pemimpin Antara August Marpaung SH menyatakan di depan forum itu bahwa pemuatan berita negara tetangga di pers Indonesia di bawah 1096 dari seluruh pemberitaan. "Itu pun biasanya cuma berita yang bersifat straight news," tukas Jakob Oetama. Hal ini bukan ternyata di Indonesia saja. Peristiwa besar dan hangat, seperti misalnya Libanon, sudah tentu lebih mendapat tempat istimewa dalam surat kabar. Dalam pertemuan di Singapura akhir Juli lalu, Dew?n Direktur CAJ mengusulkan adanya keseragaman tarif dalam PTT. Bagi pers di Inggris dan Negara Persemakmuran, berlaku one penny tariff, tarif PTT yang murah. Demikian pula diharapkan untuk ASEAN. "Tarif yang seragam untuk pers," kata Chudori, harus dibicarakan oleh pemerintah masing-masing. Apakah mungkin? Hal ini terbentur pula. Di Indonesia, PTT berada di bawah Departemen Perhubungan, sedangkan di Filipina ia dikelola oleh 3 perusahaan swasta. Usul ini sebetulnya sudah dicetuskan dalam pertemuan CAJ di Kualalumpur (1978) tetapi tak ada kelanjutannya hingga kini. Masalah lain lagi yang sedang diusahakan ialah bagaimana caranya untuk mendapat foto-radio lebih cepat. Selama ini orang di Kualalumpur, Manila atau Bangkok, harus mengirim foto-radio lewat Tokyo, alur baru yang tercepat. Bahkan dari Singapura atau Kualalumpur pernah foto-radio harus dikirim lewat London. Untuk Jakarta, dari London harus lewat Amsterdam dulu. CAJ sedang mengusahakan agar foto-radio bisa dikirimkarn langsung ke antarnegara ASEAN. Adalah mustahil untuk segera menyeragamkan seluruh bentuk perbedaan itu tapi CAJ membawa manfaat juga meski pun kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus