Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Hikayat Bank Nasional

PT. Bank Nasional di Bukittinggi merayakan ulang tahunnya yang ke-48. Pada hut-nya itu didirikan sebuah kantor cabang baru di Payakumbuh. (eb)

13 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUMATERA Barat menutup 1978 dengan suatu peristiwa menarik juga. Dalam usia setengah abad kurang dua tahun, 27 Desember lalu PT Bank Nasional, bank swasta yang tertua di Indone sia, merayakan ulangtahunnya. Berpusat di Bukittinggi, ia juga dikenal sebagai bank berjuang di saat perang kemerdekaan. Banyak pendirinya sudah tiada. Tapi adalah Bung Hatta, Wakil Presiden RI yang pertama, yang juga dikenal sebagai perintisnya. Ketika dibuang Belanda di Banda Neira, adalah Dr. Moh. Hatta yang memberi inspirasi dan menjawab surat-surat dari para pendiri bank itu kemudian. Cikal bakalnya bermula dari Abuan Saudagar, semacam koperasi simpan pinjam, yang waktu itu berhasil merangkul banyak pengusaha di Padang dan Bukittinggi untuk masuk jadi anggota. Para pemegang sahamnya, dari dulu sampai sekarang tak berubah jumlahnya: 3.000 orang Tak heran kalau dalam kurun waktu nyaris setengah abad, macam-macam hal dilalui, antara lain silang sengketa di antara para pemilik yang begitu banyak itu. Meski umurnya tua, belum banyak cabangnya. Kalaupun ada itu terbatas di Sumatera Barat, seperti di Bukittinggi sendiri, Padang, Batusangkar. Tapi bertepatan di bulan ulangtahunnya yang ke-48 ilu, sebuah kantor cabang baru didirikan di Payakumbuh yang menelan Rp 86 juta. Bidang usaha yang dijangkaunya juga belum merata. "Pertanian dan industri belum mampu kami garap sepenuhnya," kata direktur Yusuf Suit. Bank swasta ini hingga sekarang lebih banyak bergerak di bidang perdagangan dengan kegiatan 46%, transportasi 22%, konstruksi 16,8%, jasa lainnya 10%, tapi pertanian, menurut catatan Yusuf, baru sekitar 4%. PT Bank Nasional tampaknya bernafsu agar bisa mendukung sektor pertanian dan perindustrian di propinsi Sumatera Barat. "Tapi uang kami termasuk mahal," kata Hasdan Den Has, direktur yang lain. Rupanya, setelah pukulan Kenop-15 dua bulan lalu, bank yang bersejarah itu juga mendukung sekali apa yang kini diperjuangkan rekan-rekannya di Jakarta: supaya Bank Indonesia sudi menaikkan plafon kredit dan menurunkan sukubunga bank, suatu hal yang oleh kalangan pemerintah dikhawatirkan malah akan memecut tingkat inflasi. Ada dikemukakan dana deposito menjadi tulangpunggung bank. Seluruh dana yang ada sekarang Rp 2« milyar, dengan 4.000 debitur, yang dalam ukuran sana dianggap cukup untuk bidang perdagangan dan jasa. Adakah Bl membantu? "Pinjaman modal dari BI sampai Rp 200 juta, tapi baru dimanfaatkan sepenuhnya setelah Kenop-15," kata Yusuf. Mengapa harus mengirit sampai setelah Kenop, entahlah. Tapi untuk memupuk modal, selain dapat dari BI, PT Bank Nasional juga tengah mengeluarkan saham baru dengan prioritas membeli pada pemilik lama. Barangkali yang membuat bank itu berjalan pelan, sekalipun tetap hidup, adalah keengganan mereka untuk merger. "Mereka takut hak historisnya hilang," sambung direktur Yusuf. Itulah sulitnya kalau harus berurusan dengan ribuan pemilik. Selain sulit dicapai kata sepakat, soal gengsi memang memegang peranan. Dan pagi itu, empat hari sebelum tutup tahun, kebanggaan akan masa silam itu kembali tercermin di wajah banyak pemiliknya, ketika Gubernur Sum-Bar Azwar Anas menyalami seorang-orang tua yang jalannya tertatih-tatih: H.M. Yatim, dir-ut pertama bank itu dan satu-satunya pendiri yang masih hidup. Tapi mungkin juga ada soal lain yang membuat orang bangga. Seperti kata Sutan Rajo Endah, seorang pemegang saham yang dikenal sebagai eksportir manau dan rotan di Padang, "bank swasta yang ini tak mengenal pungli."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus