Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini mencatat koreksi signifikan sebesar 1,54 persen dan ditutup di level 6.638,459. Pelemahan indeks ini turut menyeret kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyusut 1,67 persen atau setara Rp 194 triliun, menjadi Rp 11.401 triliun dari Rp 11.595 triliun pada pekan sebelumnya. Tekanan di pasar saham terjadi di tengah meningkatnya aksi jual oleh investor asing, yang dalam sepekan terakhir mencatat net sell sebesar Rp 585,32 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tengah tekanan di pasar saham, Bursa tetap diramaikan dengan enam emisi baru yang terdiri dari dua sukuk dan empat obligasi. Pencatatan obligasi dan sukuk pekan ini diawali pada Senin, 10 Februari 2025 dengan masuknya Sukuk Wakalah Berkelanjutan I Medco Power Indonesia Tahap IV Tahun 2025 yang diterbitkan oleh PT Medco Power Indonesia. Sukuk tersebut memiliki nominal pokok Rp 1,15 triliun dengan peringkat idA(sy) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). PT Bank Mega Tbk bertindak sebagai Wali Amanat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selanjutnya, pada Rabu, 12 Februari 2025, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mencatatkan Obligasi Berkelanjutan III Tahap II Tahun 2025 dengan nominal Rp 867,82 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2025 senilai Rp 917,02 miliar. Kedua efek ini memperoleh peringkat idA dan idA(sy) dari Pefindo, dengan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk sebagai Wali Amanat.
Pada Kamis, 13 Februari 2025, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap V Tahun 2025 dengan nominal Rp2,79 triliun. Pefindo memberikan peringkat AA+ (idn) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bertindak sebagai Wali Amanat. Terakhir, pada Jumat, 14 Februari 2025, PT Provident Investasi Bersama Tbk mencatatkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV Tahun 2025 senilai Rp612,2 miliar dengan peringkat idA dari Pefindo dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai Wali Amanat.
Dengan pencatatan terbaru ini, sepanjang tahun 2025, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI mencapai 13 emisi dari 11 emiten dengan nilai Rp15,24 triliun. Secara keseluruhan, BEI kini memiliki 599 emisi obligasi dan sukuk yang masih beredar dengan nilai outstanding sebesar Rp481,72 triliun dan USD85,70 juta dari 134 emiten.
Sementara itu, BEI juga mencatat 192 seri Surat Berharga Negara (SBN) dengan nilai nominal Rp6.097,37 triliun dan USD502,10 juta. Selain itu, terdapat delapan emisi Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp2,41 triliun.
Meski ada peningkatan aktivitas penerbitan efek, perdagangan saham mencatatkan tren menurun. Rata-rata nilai transaksi harian Bursa mengalami kenaikan tipis sebesar 1,25 persen menjadi Rp12,24 triliun dari Rp12,09 triliun pada pekan sebelumnya. Namun, rata-rata volume transaksi harian mengalami penurunan signifikan sebesar 25,55 persen, dari 20,75 miliar lembar saham menjadi 15,45 miliar lembar saham. Frekuensi transaksi harian juga menurun 11,58 persen menjadi 1,16 juta kali transaksi.
Investor asing mencatatkan aksi jual bersih senilai Rp 585,32 miliar pada Jumat, 14 Februari 2025, yang menambah total jual bersih asing sepanjang tahun 2025 menjadi Rp 10,52 triliun.
Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Kautsar Primadi Nurhamad, menyampaikan bahwa dinamika pasar modal masih dipengaruhi berbagai faktor eksternal dan internal. “Kami terus memonitor pergerakan pasar serta mendorong peningkatan aktivitas perdagangan di Bursa melalui berbagai inisiatif,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Ahad, 16 Februari 2025.
Meskipun pencatatan efek baru masih berlangsung aktif, tekanan terhadap indeks dan volume perdagangan menunjukkan bahwa pasar tengah mengalami fase konsolidasi. Investor disarankan untuk mencermati pergerakan pasar sebelum mengambil keputusan investasi.
Pilihan editor: Prabowo Instruksikan Pangkas Anggaran, Bisnis Perhotelan Terancam Rugi Rp 12,4 Triliun