SUDAH lebih dari enam bulan rencana imbal beli (counter purchase) kapas de ngan semen dibicarakan antara pengusaha Indonesia dan Pakistan. Dari sini, yang terlibat dalam transaksi timbal balik bernilai sekitar Rp 580 juta itu adalah Indocement dan PT Industri Sandang (Insan) I. Sedang di seberang sana, sebuah perusahaan swasta, Ralli Brothers dan Hoaeunberg. Menurut rencana, imbal beli itu akan diatur demikian rupa, hingga kelak akan mengesankan sebagai transaksi perdagangan biasa. Upaya itu mungkin perlu dilakukan untuk mencegah agar rekan dagang Indonesia dalam perdagangan kapas selama ini, Amerika, tidak tersinggung. Pihak Pakistan rupanya sangat serius. Belum lama ini, sejumlah pejabat Insan I bahkan diundang untuk melakukan pengecekan secara langsung terhadap kualitas kapas negeri itu. Ternyata, sebagian dari kapas yang dijanjikan berserat pendek kurang dari satu inci, dan lebih kotor. "Dari 3.000 bal (516 ton) pesanan, yang paling bagus maksimal paling 1.800 bal (hampir 310 ton)," ujar Srijanto Prono, kepala bagian pembelian bahan baku Insan I. Padahal, jumlah kapas yang ingin diambil Insan I dari sana untuk pengadaan Desember 1985 dan Januari 1986 sekitar 40.000 bal (6.880 ton). Harga yang ditawarkan, untuk yang seratnya I inci, adalah US$ 0,425 per pound, atau hampir Rp 1.060 per kg (c and f) - cukup bersaing dibandingkan kapas eks Amerika yang Rp 1.250 per kg. Kata Wibowo Moerdoko, Direktur Produksi Insan I, "Pembelian ini khusus sifatnya." Maksudnya, pengambilan tidak dilakukan secara kontinu, seperti pembelian kapas dari Amerika. Sekalipun hanya insidentil, kapas Pakistan itu diperlukan Insan I untuk bahan pencampur kapas mahal dari Amerika guna membantu menekan harga pokok, jika sewaktu-waktu harga kapas dunia naik tak terkendali. Rencana imbal beli itu rupanya berjalan lancar. Buktinya, pekan lalu, 6.000 bal (1.032 ton) kapas dari Pakistan itu telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok. Dari jumlah itu, sekitar 4.000 bal (688 ton) di antaranya merupakan kapas dengan panjang serat 1,3 inci, yang berharga US$ 0,465 per pound (Rp 1.160 per kg) - termasuk beban bunga untuk pembayaran enam bulan kemudian. Pembelian kapas 6.000 bal itu ternyata cukup unik. Kendati secara resmi Insan I mengimpor kapas dari Pakistan itu dengan membuka L/C yang baru dibayar enam bulan kemudian, dalam pembukuannya kapas itu disebut dibeli dari Indo Cotton - anak perusahaan Indocement. Yang belum jelas bagaimana kelak pihak Indo Cotton itu akan menyebut dalam pembukuannya. Sebab, menurut Peter Tanuwidjaja, Manajer Pemasaran Indocement, rencana imbal beli itu ternyata batal. "Kapasnya sudah ada transaksi, tapi semennya belum," katanya. Padahal, seperti sudah dijanjikan, jika pengambilan kapas jadi dilakukan, pihak Pakistan mau tak mau harus mengambil semen dari Tiga Roda. Biasanya, memang, Pakistan membeli semen dari Uni Soviet dan Korea Utara dengan harga di bawah US$ 30 per ton. Tapi kualitasnya, konon, di bawah rata-rata semen dari sini. Dalam perundingan itu Indocement, seperti disebut Peter, menghendaki agar semennya dibeli dengan tingkat harga US$ 29 per ton (fob) untuk volume sebesar 20 ribu ton. Tingkat harga itu tampaknya tidak disetujui pihak Pakistan, sekalipun Indocement kabarnya sudah melepas dengan harga mepet. Buktinya, kata Peter, walau pihak Insan membuka L/C, komitmen dari seberang belum juga terdengar untuk mengambil Tiga Roda. "Dengan sudah terjadinya transaksi satu arah seperti itu, jelas rencana dulu jadi batal," kata Peter. "Kalau toh mereka tetap mau beli semen kami, pasti mereka akan menekan harga seenakny.'' Sekali ini, agaknya, Indocement perlu bersikap dingin - apalagi menghadapi saingan yang berani menjual dengan harga bantingan. E.H. Laporan Suhardjo H.S. dan Budi K. (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini