Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Desember 2024 berada di angka 52,93 poin atau dalam level ekspansi. Angka ini mengalami penurunan 0,02 poin dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya yakni 52,95 poin (MoM). Sementara, secara tahunan, posisi ini meningkat 1,61 poin dibanding Desember 2023 yang berada di angka 51,32 (YoY).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan perlambatan IKI bulan ini disebabkan oleh faktor musiman, yakni penurunan produksi industri jelang akhir tahun. “Kami menilai penurunan IKI pada bulan Desember 2024 disebabkan karena faktor seasonal dimana industri sudah mulai mengurangi (produksi), karena mau tutup tahun jadi sudah mulai menurunkan produksinya,” ujarnya pada konferensi pers rilis IKI, Senin, 30 Desember 2024, dikutip melalui siaran YouTube Kemenperin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, Febri menilai, penurunan IKI juga disebabkan karena masih berlakunya kebijakan relaksasi impor, Padahal menurut dia IKI Desember 2024 seharusnya bisa melampaui posisi saat ini.
Lebih lanjut, dia menjelaskan terjadinya perlambatan pada indeks IKI pesanan baru sebesar 3,49 poin menjadi 50,71 dibanding bulan November yang mencapai 54,20. Perlambatan juga dialami oleh indeks IKI persediaan produk sebesar 0,10 menjadi 54,58.
Sementara, indeks IKI produksi mengalami ekspansi dan naik sebesar 5,81 poin menjadi 55,53 dibanding bulan lalu yang berada di posisi 49,72 (kontraksi).
“Peningkatan produksi tersebut didorong oleh persiapan perayaan Natal dan Tahun Baru yang telah diantisipasi oleh pelaku usaha industri manufaktur. Di sisi lain, konsumen cenderung mengambil sikap “wait and see” untuk melakukan pesanan maupun membeli produk,” kata dia.
Menurut Febri, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) berpotensi memberi dampak terhadap penurunan utilisasi industri manufaktur sekitar 2 sampai 3 persen. Namun, dia mengklaim, penurunan utilisasi tersebut telah diantisipasi dengan dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah beberapa waktu yang lalu.
Lebih lanjut, Febri menyebut, dari 23 subsektor industri yang dianalisis, terdapat 19 subsektor yang mengalami ekspansi dan 4 subsektor yang ekspansi. Dia mengatakan, 19 subsektor yang ekspansi berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas triwulan III 2024 sebesar 90,5 persen.
Terdapat dua subsektor yang memiliki IKI tertinggi, yakni industri alat angkutan lainnya dan industri peralatan listrik. Sementara, dua subsektor yang mengalami kontraksi paling dalam adalah industri tembakau serta industri komputer, barang elektronik, dan optik.