PERTAMINA dikabarkan sedang ditekan agar mau menurunkan harga Minas, di saat harga minyak dunia untuk penyerahan April justru sedang mendaki. Menurut kantor berita AP, pekan lalu, para pembeli meminta supaya harga minyak ekspor andalan Indonesia itu diturunkan US$ 0,15 sampai US$ 0,50 dari US$ 17,56 per barel. Aneh, memang tekanan itu muncul bersamaan dengan saat West Texas Intermediate, minyak ringan patokan Amerika, untuk penyerahan April, naik US$ 0,43 menjadi US$ 18,18. Kalau permintaan pembeli dikabulkan, pemerintah diduga akan kehilangan devisa sedikitnya US$ 60.000 dan setingginya US$ 200.000 sehari dari ekspor harian Minas 400.000 barel. Cukup besar, tentu, karena berdasarkan keputusan OPEC, Indonesia hanya diperbolehkan menghasilkan 1,133 juta barel sehari. Dari jumlah itu, sekitar 600.000 barel diekspor ke pelbagai negara -- terutama Jepang. Tak ada kabar Pertamina sulit menjual minyaknya itu. Beda keadaannya dengan sejumlah negara Teluk. Padahal, secara keseluruhan, menurut keputusan sidang Desember lalu, 13 anggota OPEC itu boleh menghasilkan minyak 15,8 juta barel sehari. Tapi, karena musim dingin lewat dengan hebat di Utara, produksi harian OPEC pada bulan Februari diduga mencapai 16 juta barel. Dan untuk hari-hari di awal Maret ini, produksinya diperkirakan hanya 14,7 juta barel. Memasuki musim semi, kalau mereka tetap tunduk kepada kesepakatan, insya Allah, harganya tidak akan terombang-ambing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini