SGS (Societe General de Surveillance) yang ditunjuk pemerintah sebagai pemeriksa barang impor dari luar negeri dan barang ekspor Indonesia, ternyata, menimbulkan reaksi pro dan kontra di Jerman Barat. Menurut harian Die Welt, yang dikutip kantor berita Antara pekan lalu, ketua kamar dagang di Hamburg mengkritik pemerintah Indonesia mencampuri sistem perdagangan bebas. Padahal, penunjukan SGS itu, menurut Menteri Perdagangan Rachmat Saleh, belum lama ini, dimaksudkan untuk memberikan keuntungan kepada dua pihak: importir di luar negeri akan memperoleh barang ekspor Indonesia sesuai dengan keinginannya, dan importir Indonesia tak akan mudah dibodohi lagi oleh eksportir di luar negeri. Kabarnya, kalangan eksportir di Jerman Barat yang memprotes, tapi kalangan importir malah senang. Perdagangan antara Indonesia dan Jerman Barat, tahun-tahun terakhir ini, lebih menguntungkan Jerman Barat. Ekspor Indonesia ke Jerman Barat, menurut catatan BPS,1982 dan 1983 rata-rata US$ 252 juta, dan enam bulan pertama 1984 US$ 131,9 juta. Sedangkan impor yang tercatat tahun 1982 sebesar US$ 1.192,7 juta, 1983 sebesar US$ 741 juta, dan US$ 362 juta untuk enam bulan pertama 1984.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini