EKSPOR kain PC (polyester cotton) PT Batik Keris ke Amerika sedang terpukul. Dari Solo, setiap bulan, pabrik itu kini tinggal mengekspor kain standar itu ke AS rata-rata 1,2 juta yard, atau hanya 20% dari seluruh produksinya. Padahal, sejak Januari sampai kira-kira Agustus lalu, Keris masih mampu mengekspor sekitar 5,4 juta yard. Kemerosotan terjadi, terutama, gara-gara pemerintah AS mulai awal September mengenakan bea masuk tambahan atas semua produk tekstil dari sini, yang dianggap mendapat "subsidi tertutup" dari pemerintah - baik lewat sertifikat ekspor maupun kredit ekspor. Supaya harga beli kain eks Keris itu tidak terasa mahal, importir di AS minta agar Handoko Tjokrosaputro, direktur utama Batik Keris, mau menurunkan harga PC dari yang kini sekitar US$ 0,45 per yard. Karena kesepakatan belum tercapai, apa boleh buat, ekspor pun terpaksa dikurangi. Pasar baru, yaitu Eropa Barat, kemudian dilirik Tjokro. Kenapa tak melempar ke pasar lokal? "Kami menjaga etik sesama pengusaha dalam negeri - supaya tidak dibilang serakah," kata Tjokro berkilah. Atau pasar tekstil dalam negeri sendiri, sesungguhnya, sudah jenuh ?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini