Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Indikator

Perum Perhutani Jawa Timur sedang membudidayakan kutu daun kesambi yang diolah menjadi lak sebagai bahan pengkilap perabot. (eb)

13 Oktober 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUTU daun kesambi, selain yang sudah ada di hutan kesambi seluas 3.800 ha di Banyukerta, Probolinggo, kini sedang dibudidayakan pula di Madiun dan Banyuwangi. Tahi kutu itu, yang diolah menjadi lak oleh Perum Perhutani unit II Jawa Timur, adalah bahan pengkilap perabot dan dinding dari kayu, piringan hitam, serta produk dari kulit. Lak (dari kata India: laksa, yang berarti ratusan ribu, meski untuk mendapatkan 1 pon laksa cukup dari tahi 17.000-19.000 kutu) diproduksi Perhutani sekitar 200 ton per tahun. Sebagian besar lak itu dikonsumsikan di dalam negeri, dan sebagian lagi diekspor - yang sudah berlangsung sejak lima tahun lalu. Ekspor lak pada 1980-1981, sebanyak 20 ton, menghasilkan devisa sekitar US$ 150.000. Target ekspor tahun ini, menurut Soedjono, kepala Kantor Pelaksana Ekspor Perhutani di Surabaya, sebanyak 60 ton. Tujuan utama ke Jerman dan Jepang. Harga lak sekitar Rp 1.500 per kg.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

PODCAST REKOMENDASI TEMPO

  • Podcast Terkait
  • Podcast Terbaru
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus