PERUM Angkasa Pura tidak akan merugi karena tidak mengelola pelabuhan udara (pelud) internasional komersial Cengkareng, Jakarta, yang sudah dicoba sejak 1 Oktober, dan pelud Ngurah Rai, Denpasar. Perusahaan itu, menurut kepala Kanwil Perhubungan Udara Wilayah III Harry Subayo, sebaliknya akan mampu meningkatkan pendapatan dan pelayanan penerbangan di pelud domestik Juanda, Surabaya Polonia, Medan dan Hasanuddin, Ujungpandang, yang selama ini bergantung pada anggaran rutin Departemen Perhubungan. Menurut Subagyo, yang juga bekas direktur utama Perum Angkasa Pura, pelud-pelud domestik itu menampung lebih dari 1,5 juta penumpang per tahun, sehingga cukup menguntungkan bila dikelola dengan manajemen yang rapi. Angkasa Pura, pada masa kepemimpinan Subagyo, berhasil meningkatkan keuntungan dari Rp 4,5 milyar (1977) menjadi Rp 23 milyar ketika ditinggalkannya, tahun lalu. "Kondisi pelud Juanda sekarang ini jauh lebih baik di banding dulu," kata Subagyo kepada TEMPO, tanpa bersedia mengungkapkan penghasilan pelud itu sekarang ini. Kekurangannya, menurut Subagyo, anggaran rutin pelud Juanda masih terlalu jauh untuk bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bila ditangani Perum Angkasa Pura, ia optimistis akan beruntung. "Paling-paling kalau defisit, hanya pada tahun pertama," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini