SUDAH setahun lebih emas diabaikan. Adanya pasar modal dan bunga deposito agaknya membuat si kuning yang tak memberikan dividen atau bunga itu tidak menarik lagi. Kendati rupiah mengalami inflasi rata-rata 12% per tahun, harga emas - sejak melonjak menjadi Rp 12.840 pada April 1983 - ternyata praktis malah merosot terus. Harganya, pekan lalu, berkisar pada Rp 12.100 - hampir sama dengan harga pada Desember 1980. Berkurangnya minat terhadap emas terlihat juga dari impor yang cuma bernilai US$ 5,8 milyar pada 1983 - tak sampai 2% dibanding pada 1982 yang mencapai US$ 319,6 milyar. Padahal, harga emas di pasaran dunia tahun lalu cuma US$ 424 per troy ons, jauh di bawah harga tahun 1980, US$ 612. Sejak Februari lalu, harganya memang sudah turun ke sekitar US$ 372, tetapi tidak ada tanda-tanda merangsang impor emas dari luar negeri. Investasi terhadap emas juga sudah berkurang di negara-negara maju. Menurut penelitian Eugcne Sherman, wakil presiden International Gold Corporation, belum lama ini, tampaknya pasar modal dan surat-surat berharga telah menggeser minat terhadap emas, sejak 1968. Penelitian Sherman dilakukan di AS, Kanada, Swiss, Inggris, Jerman Barat, dan Jepang. Cuma pada periode 1977-1980 bursa cmas menguat, karena inflasi tinggi di negara-negara maju. Tetapi kehilangan kekuatan lagi dalam periode 1980-1983. Jepang agaknya masih belum terlalu meninggalkan emas, tetapi impornya juga sudah menurun, dari 140 ton pada 1981 menjadi 104 ton pada tahun lalu. Prospeknya, beberapa ekonom meramalkan, harga emas akan segera melambung lagi bila inflasi berkobar lagi di negara-negara maju. Di Indonesia sendiri, para pedagang emas belum berani meramal. Meskipun demikian, pekan lalu, terbetik berita bahwa ada sepuluh perusahaan asing ingin membuka usaha tambang emas di Sulawesi Utara, Kalimantan, Bengkulu, dan Sumatera Barat. "Usaha mereka mungkin bisa membuat harga emas di Indonesia lebih terjangkau masyarakat " kata juru bicara Aneka Tambang, perusahaan negara satu-satunya yang melakukan penambangan emas di Cikotok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini