Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Indonesia dan Kemiskinan

19 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bank Dunia menilai Indonesia tidak konsisten dalam kebijakan pengurangan kemiskinan. Penilaian tersebut diberikan oleh lembaga keuangan multilateral itu dalam laporan yang bertajuk "Indonesia, Maintaining Stability, Deepening Reforms", yang diluncurkan Kamis pekan lalu. Data yang ada dalam laporan itu menunjukkan bahwa Indonesia memang berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dari 27 persen pada puncak krisis pada 1999 menjadi hanya 16 persen pada Februari 2002.

Pengurangan ini terjadi karena menguatnya rupiah membuat harga makanan naik terbatas dan membaiknya tingkat upah. Upah di sektor manufaktur pada pertengahan 2002, misalnya, lebih tinggi 35 persen dibandingkan dengan posisi 1996.

Tapi banjir yang terjadi pada awal tahun 2002 menyebabkan harga bahan makanan naik dan tingkat kemiskinan kembali meningkat. Dalam survei terbatas terlihat bahwa indeks kemiskinan naik dari 13,2 persen pada Februari 2001 menjadi 14,5 persen pada Februari 2002. Pengeboman di Bali juga makin memperparah keadaan.

Ketika Indonesia sudah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 15 persen pada pertengahan 2002, peristiwa bom Bali menyebabkan angka tersebut terkoreksi menjadi 15,5 persen. "Melambatnya pertumbuhan akibat pengeboman di Bali bisa menempatkan satu juta orang ke dalam kemiskinan," demikian ditulis dalam laporan tersebut.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat tak cuma membuat orang miskin bertambah banyak. Jumlah pengangguran terbuka pun meningkat. Mengutip laporan Badan Pusat Statistik, jumlah pengguran pada pertengahan 2002 sudah mencapai 8,4 juta, 61 persennya berusia 15-24 tahun. Sementara itu, jumlah setengah-pengangguran diperkirakan mencapai sekitar 25 juta.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang cuma 4 persen, diramalkan Indonesia bakal menghadapi ledakan pengangguran dalam beberapa tahun ke depan. Maklumlah, pertumbuhan 4 persen hanya bisa menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pekerja baru yang masuk ke sektor tenaga kerja setiap tahunnya mencapai 2,5 juta orang. Kemiskinan dan pengangguran memang tak bisa dipisahkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus