Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Langkah PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk mengoptimalkan penggunaan kereta angkutan barang dan logistik belum mulus. Pada 2017, realisasi angkutan barang kereta logistik baru mencapai 36 juta ton atau 91 persen dari target kapasitas total yang disediakan, yakni 39,9 juta ton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Utama KAI, Edi Sukmoro, menilai penggunaan kereta logistik masih harus disesuaikan dengan permintaan yang ada. Saat ini, penggunaan kereta penumpang lebih mendominasi lantaran jumlah penggunanya naik dari waktu ke waktu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sampai hari ini angkutan (barang) dengan truk masih banyak sekali karena bisa mengantar point to point (ke tujuan barang). Kalau kereta masih dari stasiun ke stasiun," ujar Edi di Jakarta, Selasa 9 Januari 2018.
Meski demikian, Edi optimistis pihaknya bisa mengejar target pada tahun ini. Apalagi, KAI mendorong pemanfaatan kereta untuk mengurangi kemacetan di jalan raya. "Kami upayakan agar angkutan (barang) menggunakan kereta lebih kompetitif daripada lewat jalan raya."
Dia meyakini peminat kereta logistik semakin bertambah di sejumlah jalur distribusi yang ada di Jawa dan Sumatera. Untuk itu, infrastruktur kereta logistik pun terus dibangun.
Tahun ini pun, KAI menargetkan penggunaan kereta untuk mengangkut peti kemas dari Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Ada pula rencana menambah gerbong kereta pengangkut batu bara di Palembang, Sumatera Selatan.
"Di Palembang itu semula 1 trainset (rangkaian kereta) berisi 60 gerbong, kini menjadi 64 gerbong. Kita juga sedang uji coba 1 trainset isi 100 gerbong," tutur Edi.
Pelaksana tugas Direktur Komersial KAI, Bambang Eko Martono, menambahkan bahwa pihaknya menyesuaikan target realisasi kereta logistik dengan permintaan. "Untuk 2018, kami target sekitar 50 juta ton," ujarnya.
Pengalihan angkutan truk ke moda kereta api pun tengah diupayakan di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) tengah membangun tempat singgah truk untuk memindahkan barang ke kereta (hub truk) di dekat stasiun.
"Kami mulai kerjasama dengan swasta untuk bangun hub truck, ada lokasinya di dekat Stasiun Kedunggedeh, Karawang," ujar Kepala BPTJ, Bambang Prihartono, pada Tempo.
Meski tak membeberkan pihak swasta yang dimaksud, Bambang mengatakan bahwa pembangunan hub truck masih dilakukan bertahap, karena penyesuaian izin di era Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang baru.
Selain meminimalisir macet dan kerusakan jalan, pergerakan barang dengan kereta diyakini menekan biaya logistik. Pasalnya, kata Bambang, barang yang diangkut bisa lebih banyak dari kapasitas yang bisa ditanggung truk. "Kereta bisa menarik kontainer dengan rangkaian panjang, kalau di jalan (dengan truk) hanya satu, atau dua dengan gandengan."
Pada November tahun lalu, pihak BPTJ meyakini rasio biaya logistik terhadap produk domestik bruto (PDB) bisa ditekan 3 persen bila pergerakan barang di matra darat dibenahi.
"(Untuk kereta barang) saya tak punya hitungan persis karena memang tergantung kesiapan hub truck dan patokan biaya operasional oleh PT KAI," kata Bambang.
Dia mengklaim bahwa pengalihan moda angkutan itu didukung para pengusaha truk. "Justru itu ide dari mereka, dan sesuai semangat BPTJ memindahkan road base ke rail base."
Adapun Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Kyatmaja Lookman, justru mengatakan rencana itu belum signifikan menekan biaya logistik. Alasannya, kereta barang tak langsung mengakses pabrik dan gudang.
"Kereta dilanjutkan truk setelah dia sampai ke stasiun. Saat ini mahalnya ya di ongkos dooring (antar ke lokasi) itu, masih murah pakai truk saja," katanya pada Tempo.
Juru Bicara Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Joice Hutajulu, mengatakan pengembangan kereta logistik membutuhkan kerja sama lintas sektor. "Dalam tatanan wilayah, juga aturan angkutan barang. Tak hanya kebijakan. Kemenhub, tap juga sektor industri, perdagangan, dan sebagainya," ucapnya.
Aplikasi jalur ganda (double track) untuk memisahkan kereta angkutan barang dan kereta penumpang pun masih hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Di Jawa sudah banyak double track, tapi kalau di luar, kita masih mencoba dorong penggunaan kereta barang, jadi berbeda."
YOHANES PASKALIS PAE DALE | KARTIKA ANGGRAENI