Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ini Bukan Pungli

Tiap kendaraan yang meluncur diatas jalan jagorawi dikenakan toll (cukai) resmi untuk mengembalikan investasi. inilah cukai jalan pertama di indonesia. rencananya akan dibangun lagi dilain daerah.(eb)

11 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIAP kendaraan yang meluncur di atasnya dikenakan toll (cukai) resmi. Inilah cukai jalan pertama di Indonesia. Jalannya, Jagorawi, menghubungi Jakarta-Bogor-Ciawi, bukan cuma pertama yang semacam itu, melainkan juga dicatat sebagai termahal di negeri ini. Tiap km jalan diperkirakan akhirnya akan menghabiskan Rp 400 juta (jika tidak salah hitung pula), naik dari Rp 280 juta berdasar kontrak 1973. Dari rencana jalan yang sepanjang 52 km, kini bagian Jakarta-Cibinong (seksi B) sudah dibuka. Dari arah Jakarta, ia dimulai di wilayah Cawang yang melurus ke Cibinong sepanjang 24 km. Sisanya, yang 28 km dari Cibinong ke Ciawi (seksi A) melintasi Bogor, diharapkan selesai akhir tahun ini. Jika selesai semua, Rp 27 milyar akan ditelannya (di antaranya 39,2% pinjaman dari Amerika). Sungguh mahal. Lantas orang berfikir: Apakah pantas rakyat di Irian Jaya turut membiayainya? Tentu boleh mahal, asalkan para pemakai setempat memikul bebannya. Oleh karena itu pula, sebelum Presiden Soeharto meresmikannya (9 Maret), suatu perusahaan--PT Jasa Marga dengan modal pemerintah Rp 10 milyar--khusus didirikan. PT baru ini bertugas memungut cukai jalan dan mengelola perawatannya. Dengan sistim dan harga karcis, yang macam-macam warna untuk berbagai jarak dan jurusan, investasi Rp 27 milyar itu diperkirakan akan bisa kembali dalam 7 tahun. Kendaraan yang di bawah 2,5 ton dikenakannya cukai Rp 13-15 per km, sedang yang di atas itu terkena Rp 20-25. Biar Mahal Namun kendaraan niaga seperti truk yang dari Jakarta ke Bogor nantinya mungkin harus bayar cukai Rp 2600. Melewati jalan biasa, truk itu mungkin merasa tidak mengeluarkan biaya sekian banyak, tapi belum tentu nyatanya lebih murah, mengingat pungli sana-sini dan macetnya lalu-lintas hingga tibanya lebih lama. Melintasi jalan cukai, sopir boleh tancap gas sesuka hatinya, menghemat waktu dan tenaga. Dua pabrik semen yang berada di sekitar Cibinong menyerahkan angkutan produknya pada para kontraktor. Ketika ditanya, para kontraktor itu umumnya menjawab, "masih pikir-pikir" untuk memakai jalan cukai. Ada sekitar 300 truk yang melayani kedua pabrik semen itu. Sebaliknya, perusahaan 4848 yang memiliki 100 taxi dan 60 suburban yang mondar-mandir Jakarta-Bandung melihat bisnis akan meningkat dengan jalan cukai ini. Irawan Sarpingi, pemilik 4848 yang bekas ketua Organda mengatakan kepada Eddy Herwanto dari TEMPO: Dengan jalan Jagorawi ini, "tiap (taxi) Kingswood kami akan kena cukai Rp 500. Kita tidak akan rugi. Malah hemat onderdil dan penumpang senang karena cepat sampai ke tujuan. Saya anjurkan pemerintah supaya bikin jalan begini banyak-banyak." Sesudah Jagorawi, menurut rencana pemerintah, memang akan banyak menyul jalan cukai. Prinsipnya ialah biar mahal asalkan para pemakai di tempat memikul biayanya. Maka jalan layang-overpass--dari satu ke lain sudut Jakarta pun tampaknya bukan akan merupakan suatu impian belaka dengan prinsip tadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus