TIAP kendaraan yang meluncur di atasnya dikenakan toll (cukai)
resmi. Inilah cukai jalan pertama di Indonesia. Jalannya,
Jagorawi, menghubungi Jakarta-Bogor-Ciawi, bukan cuma pertama
yang semacam itu, melainkan juga dicatat sebagai termahal di
negeri ini. Tiap km jalan diperkirakan akhirnya akan
menghabiskan Rp 400 juta (jika tidak salah hitung pula), naik
dari Rp 280 juta berdasar kontrak 1973.
Dari rencana jalan yang sepanjang 52 km, kini bagian
Jakarta-Cibinong (seksi B) sudah dibuka. Dari arah Jakarta, ia
dimulai di wilayah Cawang yang melurus ke Cibinong sepanjang 24
km. Sisanya, yang 28 km dari Cibinong ke Ciawi (seksi A)
melintasi Bogor, diharapkan selesai akhir tahun ini. Jika
selesai semua, Rp 27 milyar akan ditelannya (di antaranya 39,2%
pinjaman dari Amerika). Sungguh mahal. Lantas orang berfikir:
Apakah pantas rakyat di Irian Jaya turut membiayainya? Tentu
boleh mahal, asalkan para pemakai setempat memikul bebannya.
Oleh karena itu pula, sebelum Presiden Soeharto meresmikannya (9
Maret), suatu perusahaan--PT Jasa Marga dengan modal pemerintah
Rp 10 milyar--khusus didirikan. PT baru ini bertugas memungut
cukai jalan dan mengelola perawatannya. Dengan sistim dan harga
karcis, yang macam-macam warna untuk berbagai jarak dan jurusan,
investasi Rp 27 milyar itu diperkirakan akan bisa kembali dalam
7 tahun. Kendaraan yang di bawah 2,5 ton dikenakannya cukai Rp
13-15 per km, sedang yang di atas itu terkena Rp 20-25.
Biar Mahal
Namun kendaraan niaga seperti truk yang dari Jakarta ke Bogor
nantinya mungkin harus bayar cukai Rp 2600. Melewati jalan
biasa, truk itu mungkin merasa tidak mengeluarkan biaya sekian
banyak, tapi belum tentu nyatanya lebih murah, mengingat pungli
sana-sini dan macetnya lalu-lintas hingga tibanya lebih lama.
Melintasi jalan cukai, sopir boleh tancap gas sesuka hatinya,
menghemat waktu dan tenaga.
Dua pabrik semen yang berada di sekitar Cibinong menyerahkan
angkutan produknya pada para kontraktor. Ketika ditanya, para
kontraktor itu umumnya menjawab, "masih pikir-pikir" untuk
memakai jalan cukai. Ada sekitar 300 truk yang melayani kedua
pabrik semen itu.
Sebaliknya, perusahaan 4848 yang memiliki 100 taxi dan 60
suburban yang mondar-mandir Jakarta-Bandung melihat bisnis akan
meningkat dengan jalan cukai ini. Irawan Sarpingi, pemilik 4848
yang bekas ketua Organda mengatakan kepada Eddy Herwanto dari
TEMPO: Dengan jalan Jagorawi ini, "tiap (taxi) Kingswood kami
akan kena cukai Rp 500. Kita tidak akan rugi. Malah hemat
onderdil dan penumpang senang karena cepat sampai ke tujuan.
Saya anjurkan pemerintah supaya bikin jalan begini
banyak-banyak."
Sesudah Jagorawi, menurut rencana pemerintah, memang akan banyak
menyul jalan cukai. Prinsipnya ialah biar mahal asalkan para
pemakai di tempat memikul biayanya. Maka jalan
layang-overpass--dari satu ke lain sudut Jakarta pun tampaknya
bukan akan merupakan suatu impian belaka dengan prinsip tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini