Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak dicurigai masih hendak mempertahankan pola permainan yang serba rahasia melalui Pertalite, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Ahmad Bambang menjelaskan soal produk barunya itu kepada Gustidha Budiartie dari Tempo dalam beberapa kesempatan, yakni seusai rapat di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada Senin pekan lalu dan lewat pesan pendek dua hari kemudian.
Pertalite hadir untuk menggeser Premium?
Tidak ada maksud mengganti Premium. Ini untuk menambah varian produk. Jalur-jalur angkutan umum tetap harus ada Premium. Ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan BBM agak bagus tapi dengan harga miring. Saat ini sedang dites di laboratorium Lemigas. Dalam waktu dekat akan keluar. Setelah itu, akan kami mintakan legitimasi dari Dirjen Migas.
Produk ini hadir sebagai kompensasi kerugian menjual Premium?
Intinya strategi korporasi untuk mencari laba lebih atau mengurangi kerugian. Jadi, ya, normal saja jika Premium rugi, kami berusaha membujuk konsumen untuk memakai Pertamax atau produk baru lain melalui promosi dan lainnya. Ini sama dengan waktu elpiji 12 kilogram rugi, kami juga keluarkan Bright Gas.
Benarkah Pertalite tak diproduksi di kilang, tapi hanya hasil campuran RON 88 dan RON 92?
Hampir semua produk gasoline itu hasil campuran, tinggal campurnya saja di mana, lalu pakai aditif tambahan apa. Pertamax 92 juga bisa hasil campuran HOMC 95 dengan naphta, lalu tambah aditif. Pertalite juga begitu. Kami coba impor RON 92-95. Terserah tersedianya apa, lalu dicampur dengan naphta dan ditambah aditif yang ramah lingkungan. Tapi jelas tidak memakai oktan booster MTBE dan lainnya.
Kenapa mesti pakai HOMC untuk campurannya? Kenapa bukan etanol, misalnya?
Etanol mungkin, tapi bukan untuk pendorong oktan. Hanya sebagai bioenergi campuran gasoline. Yang diizinkan oleh pemerintah hanya B5 atau lima persen maksimal saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo