Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Insentif Penawar Lesu

Pemerintah memberikan insentif untuk menjadikan Indonesia basis industri otomotif di Asia Tenggara. Daya beli masyarakat lemah.

31 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIAP tahun Dedy, anak muda 28 tahun asal Tegal, punya ”ritual” khusus: datang ke Jakarta untuk menonton pameran otomotif ”Indonesian International Motor Show”. Ini tahun ketiganya ia muncul di lokasi pameran di Senayan.

Tentu saja Dedy tidak mengincar To-yo-ta seri terbaru. Dedy, seperti sebagian be-sar dari lebih 100 ribu orang yang berkunjung sampai Kamis pekan lalu, hanya ingin menyaksikan 21 perusahaan otomotif menjajakan dagangannya.

Meriah, bak ekstravaganza. Tapi sebagian besar bukan hendak membeli, melainkan sekadar cuci mata. ”Saya ha-nya ingin lihat model terbaru keluaran Toyota,” kata Dedy. Wiwie Kurnia, ke-tua panitia pameran, mengatakan total transaksi penjualan lima hari pertama hampir menyentuh angka Rp 400 miliar. Itu baru sekitar 33 persen dari target penjualan Rp 1,2 triliun sampai pameran yang tersisa tiga hari itu ditutup. Tahun lalu pameran berhasil mencetak transaksi Rp 1,19 triliun.

Cukup berat menggapai target itu. Industri otomotif sedang paceklik. Angka penjualan semester pertama tahun ini baru sekitar 150 ribu, anjlok 50 per-sen dibandingkan dengan kurun waktu yang sama tahun lalu. Target penjualan yang dipancangkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tahun ini sebesar 350 ribu unit.

Kalangan industri otomotif menuding kenaikan harga bahan bakar minyak Oktober tahun lalu memukul daya beli masyarakat. Akibatnya, angka penjualan mobil terus melorot. Apalagi suku bunga kredit mobil dari perbankan terus naik. Dan sekitar 70-80 persen dana pembeli mobil dan motor di Indonesia datang dari kredit bank dan lembaga pembia-yaan lainnya. ”Daya beli masyarakat turun karena inflasi dan suku bunga yang sangat tinggi,” kata Pre-siden Direktur PT Indomobil Sukses Makmur Tbk., Gunadi Sinduwinatha.

Produsen terpukul. Pendapatan Indomobil, pemegang merek Suzuki di Indonesia, pada kuartal pertama 2006 sebesar Rp 722,6 miliar, atau melorot 40,3 persen dibanding tahun lalu. Mobil yang terjual hanya 2.000 unit. Padahal, kuartal pertama tahun lalu Indomobil sukses melego 5.000 unit mobil.

Ketua Gaikindo, Bambang Trisulo, meminta pemerintah menurunkan beban pajak. Langkah ini diyakininya dapat meningkatkan kembali penjualan kendaraan bermotor. Ini juga daya tarik bagi investor. Bambang mengatakan, daya saing industri otomotif nasional kalah dibanding negara-negara lain di kawasan ASEAN.

Gayung bersambut, pemerintah- me-nyiapkan sejumlah langkah pembenah-an: pemberian insentif fiskal dan in-vestasi, menumbuhkan industri kom-po-nen, dan membangun fasilitas perdagangan. Menteri Perindustrian Fahmi Idris berencana membangun pelabuh-an khusus mobil dengan nilai inves-tasi sekitar US$ 150 juta. Selain itu, peme-rintah ingin meningkatkan kan-dungan lokal komponen kendaraan bermotor- dari 40 persen menjadi 80 persen. Cara-nya, memberikan insentif kepada in-dustri baja.

Tak hanya itu, pajak penjualan barang mewah sedan berkapasitas di bawah 1.800 cc bakal diturunkan jadi 20 per-sen. Selama ini pemerintah mengenakan pajak 30 persen bagi kendaraan sedan di bawah 1.500 cc. ”Ini diperlukan agar produsen bisa melakukan penetrasi pasar,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Muhammad Luthfi.

Pemerintah menyiapkan revisi Peraturan tentang Fasilitas Pajak Pengha-silan untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha atau Daerah Tertentu (PP Nomor 148 Tahun 2000) agar dapat meng-undang investor asing masuk ke Indonesia. Draf revisi peraturan ini sudah rampung dan bakal segera diterbitkan, menurut Luthfi.

Dia yakin, peraturan baru ini lebih sakti dibandingkan dengan pembebasan pajak. Perbandingannya: bila dengan modal US$ 1 miliar investor di Thailand mendapat untung dari tax holiday sebesar US$ 245 juta dalam dua tahun, di Indonesia bisa menggaet US$ 300 juta dari pengurangan pajak penghasilan terkait dengan investasi yang dilakukan (investment allowance).

Luthfi mengatakan bebe-rapa investor asing sudah minta izin untuk memba-ngun pabrik otomotif di Indonesia. Ada yang dari India, Cina, Eropa, dan Amerika Serikat. ”Saya sudah pernah sebut General Motors dan Ford,” katanya.

Luthfi optimistis Indonesia bakal men-jadi salah satu basis industri otomotif di Asia Tenggara. Adakah daya beli juga segera membaik?

Yura Syahrul, RR. Ariyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus