Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Investor Cina, India, Korsel Berminat Buka Bioskop di Indonesia

Investor Cina, India, dan Korsel masih menunggu aturan dari Kemendikbud.

18 Desember 2017 | 17.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana disalah satu ruangan sebelum pemutaran film terakhir di Bioskop Regal di New Delhi, India, 28 Maret 2017. Pada malam terakhir, bioskop yang dibangun pada era kolonial ini memutar film Bollywood klasik pada 1964 berjudul Sangam yang disaksikan sekitar 600 penonton. AP Photo/Manish Swarup

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Pesik, mengatakan saat ini banyak calon investor berniat menambah jumlah layar di Indonesia, dan masih menunggu aturan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ricky menyebut setidaknya ada tujuh Peraturan Menteri (Permen) dari Kemendikbud terkait investasi perfilman, termasuk bioskop.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Masih wait and see lah, yang tengok-tengok doang juga banyak. Tetapi memang kebanyakan masih menunggu peraturan dari Kemendikbud yang nanti akan dikeluarkan, setidaknya ada tujuh permen, saya tidak bisa bilang persisnya, masih draf juga soalnya," kata Ricky pada Minggu malam, 17 Desember 2017.

Saat ini sudah ada beberapa investor besar yang datang dari Cina dan India berminat membuka jaringan bioskop di Indonesia. Akan tetapi, investor belakangan dari India dikabarkan agak mengurungkan niatnya.

Di luar kedua negara tersebut, Ricky mengatakan bahwa dari Korea Selatan (Korsel), Lotte, telah menyatakan bersedia membuka jaringan bioskopnya di Indonesia. Meski belum bisa menyebut jumlah layarnya, dia menanggapi ketertarikan Lotte dengan positif.

Di sisi lain, Ricky mengatakan sebenarnya jaringan bioskop Cineplex 21 Group juga telah mendapatkan investor baru pada awal tahun ini. Diperkirakan mereka akan menambah sekitar 500 layar di Indonesia.

"Dua puluh satu sudah dapat investasi dari Singapura, itu saja bisa 500 layar sendiri," katanya.

Saat ini jumlah layar di Indonesia baru berjumlah sekitar 1200-an layar yang lebih banyak berpusat di Jawa, terutama Jakarta. Pada 2020, Ricky mengatakan pemerintah menargetkan untuk bisa mencapai setidaknya 2.400 layar, atau meningkat dua kali lipat.

Ricky juga mengatakan Bekraf akan berupaya mendorong pembukaan layar baru agar tidak melulu berpusat di Jawa. Pihaknya akan berkoordinasi dengan lembaga kementerian lain untuk bisa memberi insentif bagi para investor yang mau membuka layar di luar Jawa.

"Itu nanti kita akan coba buat lah, mungkin akan ada insentif tersendiri bagi investor yang mau membuka layar di luar Jawa. Nanti kita koordinasi dengan Kemendikbud," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus