Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pendapatan Garudan Indonesia jeblok akibat pandemi.
Kinerja kembali memburuk pada 2021 dan mempengaruhi pencairan dana talangan dari pemerintah berupa mandatory covertible bond.
Efisiensi dilakukan di biaya sumber daya manusia hingga rute penerbangan.
BEBAN di pundak Irfan Setiaputra sedang berat-beratnya. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, maskapai milik negara yang ia pimpin sejak Januari 2020, dilanda krisis hebat. Pendapatan anjlok selama pandemi Covid-19. Utang kepada lessor pesawat bertumpuk. Dana talangan dari pemerintah, yang baru mengucur satu tahap, terancam tak berlanjut. “Kami perlu melakukan lebih banyak efisiensi,” kata Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra ketika ditemui Retno Sulistyowati, Khairul Anam, Aisha Saidra, dan Francisca Christy Rosana dari Tempo di kantor pusat Garuda Indonesia, Cengkareng, Jakarta, Jumat, 4 Juni lalu. Sambil merancang efisiensi, Irfan berkejaran dengan waktu untuk mengupayakan renegosiasi biaya sewa pesawat dan restrukturisasi utang yang terus menggunung.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo