Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Jalan menjadi milyuner

Bank central asia, lippobank, bank umum asia, bank bhumy bahari menawarkan tabungan hari depan (tahapan) berhadiah. diberikan kepada 351 penabung lewat undian 3 bulan sekali. syaratnya: menyimpan Rp 10.000.

13 Mei 1989 | 00.00 WIB

Jalan menjadi milyuner
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
JALAN untuk menjadi jutawan, kini bukan cuma dijajakan melalui kupon undian SDSB. Yang ini memang ada risiko kehilangan uang. Tapi, satu cara baru tanpa bahaya amblasnya uang, yakni dengan menabung, kini ditawarkan Bank Central Asia, Lippobank, Bank Umum Asia, dan Bank Bhumy Bahari. Sekawan bank punya keluarga Mochtar Ryadi itu menawarkan undian berhadiah total Rp 500 juta. Satu hadiah pertama Rp 150 juta, 10 hadiah kedua a Rp 5 juta, 40 hadiah ketiga a Rp 2,5 juta, 100 hadiah keempat a Rp 1 juta, dan 200 hadiah kelima a Rp 0,5 juta. Hadiah itu akan diberikan kepada 351 penabung lewat undian tiga bulan sekali. Syaratnya, peserta cukup menitipkan uang Rp 10.000 dalam Tabungan Hari Depan (Tahapan) di salah satu dari empat bank tadi. Tahun ini saja empat bank tersebut harus menyediakan biaya ekstra Rp 1 milyar, hanyauntuk dua kali penarikan. Tentu saja belum termasuk pemberian bunga sekitar Rp 125 per bulan untuk setiap tabungan Rp 10.000. Belum lagi biaya promosi, antara lain dengan memasang iklan berwarna besar-besar di sejumlah media. Ide siapa? "Prinsipnya, ide Papa," tutur James Ryadi, Dirut Lippobank. Yang dimaksudkan "papa" tadi siapa lagi kalau bukan Mochtar Ryadi, Wakil Dirut di BCA. Rupanya Mochtar, 60 tahun, terus memutar otak, bagaimana caranya supaya banknya yang tergolong paling maju, terus herkembang merasuk sampai ke kalangan masyarakat mahasiswa, pelajar, bahkan "tukang becak," kata James. Penemuannya yang terbaru, ya, itu tadi: Tabungan Masa Depan, disingkat Tahapan. Bunganya 15% per tahun, tapi sudah bebas pajak PPh. Sistem tabungan berhadiah yang diperkenalkan BCA Group sebenarnya juga meniru bank-bank lain. Bedanya, grup perbankan yang ini tak mengharuskan si penabung memiliki saldo minimal Rp 50.000-an. "Abang becak mana yang mengantungi uang sebanyak itu?" kata James. Menurut Presdir BCA Abdullah Ali tabungan baru ini juga dimaksudkan agar masyarakat di kota-kota kecil dan pedesaan tak malu masuk bank dengan selembar Rp 10.000. "Mereka umumnya ragu-ragu berurusan dengan bank karena menganggap bunga sebagai riba. Tapi, tabungan itu kan bukan riba," kata Abdullah. Tabungan berhadiah ini, menurut Abdullah Ali, bukan penemuan setelah deregulasi. Sejak tahun lalu, BCA sudah mulai melobi Departemen Sosial. Begitu ada lampu hijau, BCA mengajukan izin 24 Maret 1989, yang ternyata langsung diberikan 6 April 1989. Ada kesan bahwa bank-bank itu kesulitan likuiditas. Maklumlah, ada pembicaraan kalangan perbankan bahwa keluarga Ryadi, dalam dua tahun terakhir ini, terpukul. Pertama sekitar 2-3 tahun silam keluarga itu, konon, rugi sekitar US$ 50 juta gara-gara salah perhitungan membeli dua bank di AS. Menurut sumber lain, kelompok Ryadi kurang beruntung di bidang industri dan real estate, yang dipegang Andrew Ryadi, putra sulung Mochtar Ryadi. Dia juga, konon, pernah meleset dalam urusan bisnis spekulasi di future market. Tapi James Ryadi membantah adanya masalah kesulitan likuiditas. Menurut James, tingkat likuiditas Lippobank sangat tinggi. "Pertama, bank dipandang likuid jika 25% dari seluruh aktivanya ditanamkan dalam asset yang gampang dicairkan. Kedua, jika dana masyarakat (giro, deposito, dan tabungan) yang disalurkan sebagai pinjaman hanya 90%. Dan Lippobank menanamkan lebih dari 30% aktivanya dalam asset yang mudah dicairkan. "Kami juga hanya menyalurkan 70% dari dana masyarakat dalam bentuk kredit," tutur James. Lippobank, menurut James, sudah selesai melakukan investasi, seperti ganti logo dan nama, serta komputerisasi. "Dulu kami biasa membuang uang untuk infrastruktur. Kini anggaran itu dipindahkan untuk promosi," kata bankir muda itu. Tahapan itu, seperti diakui Dirut BCA Abdullah Ali, akan menelan biaya total sekitar Rp 4 milyar. "Tapi belum akan mengubah biaya dana secara keseluruhan yang sekitar 4%," katanya. Toh menurut dia, persentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan seluruh asset dari keempat bank tadi yang hampir mencapai Rp 3.000 milyar. Menurut Dirut BCA itu, tabungan tersebut akan dimanfaatkan untuk membiayai kredit ekspor, yang kebetulan bunganya mulai 11 Mei ini oleh Bank Indonesia telah ditentukan naik dari sekitar 12% menjadi 14% - 14,5%. Kalau berhasil, BCA akan melebarkan pemanfaatannya pada kredit untuk pengusaha kecil sebagai pengganti KIK dan KMKP. Program tabungan baru itu toh masih diragukan, apakah akan menguntungkan keempat bank tadi. Menurut perhitungan T.A. Sutanto, Direktur Pelaksana Bank Pacific, keempat bank itu minimal harus menghimpun dana Rp 50 milyar agar bisa mencapai titik impas (BEP). Kalau rata-rata penabung menaruh Rp 100.000 saja, berarti perlu menggaet setengah juta penabung. "Kalau mereka tak sanggup, tentu saja tak bisa mencapai BEP," kata Sutanto. Bank Pacific juga menawarkan undian berhadiah -- yakni 2 paket hadiah pertama liburan ke Bali, 2 hadiah kedua emas murni a 30 gram dan 2 hadiah ketiga berupa jam tangan ekslusif Charles Jourdan -- untuk Tabungan Optimal Pacific dengan saldo minimal Rp 50.000. Biaya-biaya hadiah-hadiah tersebut, menurut Sutanto, bisa impas jika terkumpul sekitar 30.000 orang yang masing-masing rata-rata menabung Rp 100.000. "Kalau tabungan sudah melampaui Rp 3 milyar, Bank Pacific sudah untung," kata Sutanto. Nampaknya dia tidak pesimistis bahwa Tabungan Optimal Pasific bisa mencapai Rp 3 milyar dalam tempo tiga bulan. "Baru dua minggu kami lancarkan, sudah masuk Rp 750 juta atau sekitar 25% dari target," kata Sutanto, awal pekan lalu. Bagaimana dengan para peminat Tahapan? "Jumlah penabung ternyata cukup besar, sudah sekitar 50.000 orang, dan rata-rata menabung tak lebih dari Rp 100.000," kata James Ryadi, awal pekan lalu. Bukan tidak mungkin, tepat pada hari-hari menjelang tanggal penarikan undian Tahapan, banyak yang akan antre menyetor Rp 10.000 ke bank-bank yang dikelola keluarga Ryadi. Siapa tahu, ada yang ketiban lotere, eh, hadiah berjuta rupiah. MW, Linda Djalil, G. Sugrahetty, dan Liston P Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum