PENAWARAN Rp 600 milyar saham PT Indocement Tunggal Prakarsa, ternyata laris. Menurut angka resmi yang disiarkan PT Danareksa, penjamin pelaksana emisi Indocement, sebanyak 59.888.100 saham yang ditawarkan dipesan habis. Bahkan berlebih 1.469.700. Tapi harap maklum, para pembeli terbesar bukanlah perorangan. Lebih separuh (50,69%) pasokan itu masuk ke kantung lembaga-lembaga penanam modal di dalam negeri. Sedangkan untuk perorangan lokal, pesanan cuma 16,07%. Beberapa pekan sebelum saham PT Indocement dijual, banyak orang bertanya-tanya, mampukah pasokan sebesar itu ditelan pasar. Apalagi, Indocement masuk pasar dalam keadaan merugi. Jelas, posisi keuangan perusahaan semen raksasa itu tak bisa menjanjikan keuntungan dalam waktu singkat. Investor yang bisa masuk, tentu, harus besar dan mampu lama menahannya, sampai prospek baik yang dijanjikan Indocement -- tahun depan -- benar terwujud. Untuk menembus pasaran yang masih ragu, cuma terbuka dua jalan pintas: investor asing atau dana-dana pensiun besar di dalam negeri yang membeli. Pihak asing pun ada yang ragu. Jardine Fleming (JF) misalnya, dikenal sebagai pengelola dana yang berpusat di Hong Kong, lebih menganjurkan orang untuk menghindari pasar perdana. Menurut JF, harga yang dipasang di pasar perdana sudah paling tinggi. Meskipun demikian, JF menganggap, untuk jangka menengah, saham ini cukup baik. Sedangkan First Pacific Securities, yang mayoritas sahamnya masih punya kelompok Liem di Hong Kong, menganjurkan orang untuk memesan. Tentu saja, setelah pesanan terpenuhi, pekerjaan belum selesai. Masih ada "kewajiban moral" buat para penjamin emisi agar harga saham tak menyelam di bawah harga perdana. "Saham di tangan perorangan sedikit, tak banyak yang akan dijual dalam waktu dekat. Artinya, harga akan bertahan," kata Direktur Danareksa Yannes Naibaho optimistis. Sementara itu, pialang lokal masih waswas menilai pasar sekunder yang dibuka 5 Desember nanti. "Sebenarnya itu termasuk good stock. Hanya, apakah investor akan kuat menahan agak lama," kata Dirut PT Deemte Arthadarma, Micky Thio. Toh, dia berani memborong sekitar satu juta saham untuk klien asingnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini