Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Menyesal, kan?

Sesudah kerja sama dengan Scott Paper Company putus, PT Astra International jalan terus. Kaum pecinta lingkungan khawatir. Kalau bukan Scott yang melaksanakan, lingkungan yang rusak tambah parah.

25 November 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KERJA sama Scott-Astra sudah bubar, namun pemutusan hubungan secara sepihak, yang diprakarsasi Scott, masih sering dibisik-bisikkan kalangan bisnis di Jakarta. Presdir PT Astra Scott Celullosa (ASC) Barry Kotek menegaskan berkali-kali bahwa perceraian itu bukanlah karena desakan kaum pencinta lingkungan. Kotek menjuluki teori mengenai tekanan kaum environmentalist itu sebagai teori "sampah". Sebaliknya, aktivis SKEPHI di Jakarta jelas-jelas menyatakan bahwa pengunduran Scott dari hutan-hutan Bade, dekat Merauke, Irian Jaya, adalah karena desakan kaum environmentalist. Survival International, kelompok pencinta lingkungan di London, memujikan kampanye yang benar-benar merasuk itu, hingga Scott mundur. Namun, kini terjadi arus balik. Mendadak kaum pencinta lingkungan khawatir. Terpikir oleh mereka, kalau bukan Scott yang melaksanakan penanaman eucalyptus di Bade, lingkungan yang bakal rusak akan lebih mengkhawatirkan. "Lucu 'kan? Setelah Scott keluar, malah sekarang mereka khawatir," kata Edwin Soeryadjaya, putra William Soeryadjaya, bos Astra, kepada TEMPO. Dan juru bicara SKEPHI mengakui bahwa "Perusahaan-perusahaan dari Jepang, Taiwan, dan lain-lain tak memiliki etika bisnis. Tapi, sekaranglah saatnya memberi pelajaran kepada mereka." (The Asian Wall Street Journal, 14 Nomber 1989). Langkah Scott yang "mundur secara sepihak" disesalkan oleh Benny Subianto, salah seorang direktur senior di Astra. Padahal, pengalaman Scott -- menanam eucalyptus di Cili -- bisa dimanfaatkan di Ir-Ja. Namun, Edwin yakin bahwa Astra, untuk sementara, dapat berjalan sendiri tanpa Scott. "Teknologinya kan bisa dibeli," katanya. Tekad Astra semakin bulat, semenjak Presiden Soeharto menyatakan keinginannnya agar proyek senilai US$ 654 juta ini diteruskan. Tentu, dengan memperhatikan pelestarian hutan. Sementara itu, proses bubarnya Scott-Astra masih diurus Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Paling tidak, sudah US$ 2 juta yang tersedot ke sana. Bagaimana suara dari Irian Jaya? Tampaknya, Gubernur Bas Suebu kurang berkenan dengan aksi-aksi kelompok pencinta lingkungan, yang dinilainya tidak memahami aspirasi rakyat Ir-Ja. Bachtiar Abdullah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus