UNIT pesawat telekopi seharga sekitar Rp 10 juta itu tampak memencil di ruang pelayanan Kantor Teleks dan Telegram Semarang. Tak ada petugas khusus yang menungguinya. Sepi Padahal, unit pesawat ini merupakan bagian dan jasa baru yang ditawarkan Perum Perumtel sejak 1 Juli lalu, dan diberi nama "Telegram Facsimile". Jasa itu meliputi pengiriman dokumen, data autentik, peta, dan sejenisnya. Melalui isyarat, dokumen serupa akan diterima langsung di kota tujuan. Paralel dengan pesawat telepon, pengoperasian sistem ini dibuka serentak di 15 kota besar: Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ujungpandang, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Manado, Ambon, dan Jayapura. Di Medan, hingga awal pekan ini, pesawat itu juga masih menganggur. "Mungkin orang belum tahu," ujar kepala Kantor Daerah Telegram Medan, Yusran Manaf, kepada TEMPO. Tetapi, Yusran yakin, jasa baru ini kelak laris. Tarif yang dipasang: per lembar Rp 400 untuk Zone I (sampai dengan jarak 100 km), Rp 500 untuk Zone II (100 km-200 km), Rp 600 untuk Zone III (200 km-300 km), Rp 750 untuk Zone IV (300 km-1.000 km), dan Rp 1.000 untuk Zone V (lebih dari 1.000 km). Ukuran kertas maksmimal yang dipergunakan 29,7cm x 21 cm. Perangkat sistem ini sebetulnya bukan barang baru di Indonesia. Hanya, selama ini ia baru ambil bagian di instansi-instansi pemerintah, perusahaan besar, dan kalangan pers. Perumtel sendiri sudah membuka pelayanan ini sejak sekitar lima tahun lalu, antara lain di Subaraya, Jakarta, Ujungpandang, dan Medan. Pelanggannya nyaris nihil. "Hingga 1981 hanya satu orang yang menggunakannya di sini," tutur Yusran. Tahun itu juga pesawat itu ditarik ke Bandung. Suasana serupa tampak pula di kantor teleks dan telegram Semarang, Bandung, dan Surabaya. Bahkan, di kota terakhir ini, pesawat dengan merk RIFAX 6005 itu belum jalan. "Sudah dicoba berkali-kali, tapi belum final," kata Ny. Kuswati, kepala Seksi Perhubungan Kantor Telegram dan Teleks Surabaya. Tambahan pula, "Pedoman tarifnya belum kami terima," tutur Ny. Kuswati. Ia memperkirakan, pengoperasian pesawat itu di Surabaya baru akan dilaksanakan akhir bulan ini, atau awal bulan depan. Dari segi kecepatan, telegram facsimile memang tidak luar biasa. Dokumen yang dikirimkan pemakai jasa akan diterima di kantor Perumtel kota yang dituju. Di sana, dokumen itu dimasukkan ke dalam amplop lalu disampaikan seorang petugas ke alamat penerima. "Jadi, sementara ini, sama dengan mengirim telegram biasa," kata I.M. Saleh, kepala Kantor Telegram dan Teleks Semarang. Mengenai tarif memang masih terdapat keragu-raguan. Menurut Ny. Kuswati, tarif yang dikenakan pada pemakai jasa terhitung tinggi. Tetapi, "itu relatif," sahut kepala Humas Perumtel, Drs. Mizwar Muin. Tetapi, tampaknya, kalangan bisnislah yang paling diharapkan akan memanfaatkan jasa ini. Kelebihannya dari telepon, dokumen bisa dikirimkan autentik, dengan alamat pengirim dan penerima yang jelas. Kelemahannya, pengiriman dan penerimaan hanya bisa dilakukan antara alat sepabrik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini